JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, dampak ekonomi yang diakibatkan virus corona lebih kompleks dan serius dibandingkan dengan krisis ekonomi global yang terjadi pada 2008.
"Lebih rumit yang ini (corona) karena ini menyangkut manusia, harus memberikan ketenangan dulu apa yang disebut dengan ancaman atau risiko terhadap mereka. Karena ini menyangkut diri langsung pada ancaman mereka," ujar Sri Mulyani di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/3/2020).
"Keselamatan, kesehatan, sampai pada kemungkinan terancam meningggal dunia. Itu yang jauh lebih langsung. Kalau dulu kan melalui lembaga keuangan, korporasi jatuh, PHK paling," lanjut Sri Mulyani.
Baca juga: Pimpinan Garda Revolusi Iran: Virus Corona Itu Senjata Biologis AS
Ia menambahkan, krisis ekonomi global pada 2008 dipicu oleh lembaga keuangan. Karena itu, efeknya paling dirasakan oleh lembaga keuangan seperti perbankan dan pasar modal.
Sedangkan saat ini penyebaran virus corona langsung menghantam sektor rill di masyarakat.
Sebab dengan adanya virus corona di suatu negara, maka aktivitas ekonomi di sektor riil yang meliputi pariwisata dan perdagangan turut mandek lantaran adanya pembatasan mobilitas orang dan barang.
Baca juga: Survei: 61 Persen Responden Tak Gunakan Masker setelah Tahu Risiko Penularan Corona
"Jadi ini yang menjadi risikonya ke masalah sektor riil langsung. Kemungkinan terjadinya unemployment adalah berasal dari perusahaan yang tidak mendapatkan aktivitas cukup. Mulai airlines, hotel, dan sekarang industri manufaktur karena disrupsi dari barang supply chain," ujar dia.
Karena itu, lanjut Sri Mulyani, pemerintah akan menyediakan berbagai upaya untuk mengamankan perekonomian di sektor riil.
"Makanya kita harus kosentrasinya, policynya bener-bener mengurangi dampak di sektor riilnya. Entah melalui berbagai relaksasi dan juga dari sisi demand side supaya masyarakat yang pertama jangan merasa ketakutan yang membuat mereka tidak melakukan kegiatan apa-apa," lanjut dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.