Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Antikorupsi Sedunia, Jaksa Agung Paparkan Capaian Lembaganya

Kompas.com - 09/12/2019, 16:34 WIB
Firda Zaimmatul Mufarikha,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jaksa Agung RI Sanitiar (ST) Burhanuddin memaparkan capaian kinerja Kejaksaan RI dalam pemberantasan korupsi Januari-November 2019 pada Hari Anti Korupsi Sedunia (HAKORDIA) Tahun 2019.

Selama Januari-November 2019, dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi, Kejaksaan telah melakukan penyelidikan sebanyak 1089 perkara.

Kemudian, penyidikan sebanyak 570 perkara, penuntutan sebanyak 921 perkara, dan eksekusi sebanyak 1130 perkara.

Capaian tersebut meliputi Kejagung dan seluruh Kejaksaan di Indonesia.

Baca juga: Kocak, Iwan Fals Ledek Para Koruptor pada Hari Antikorupsi Sedunia

Selain itu, Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri, dan Cabang Kejaksaan Negeri telah menyetorkan Kas Negara Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bidang Tindak Pidana Khusus sebesar Rp 698.686.766.688 dan USD 44,899.05 serta SGD 23.04.

PNBP tersebut berasal dari pembayaran uang pengganti, denda, pendapatan penjualan hasil lelang tindak pidana korupsi dan hasil pengoperasian barang rampasan.

Selain pendekatan penindakan (represif) tersebut di atas, Kejaksaan RI juga berupaya melakukan sinergi yang terintegrasi dengan pendekatan pencegahan (preventif).

Baca juga: Peringati Hari Antikorupsi Sedunia, Ketua KPK Minta Maaf di Hadapan Pejabat

"Dengan memanfaatkan berbagai sarana media yang ada baik ekektronik/online, cetak, maupun media sosial (Instagram, Twitter, Facebook) secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan edukasi guna meningkatkan kesadaran hukum masyarakat khususnya pada kalangan generasi muda milenial terkait pendidikan anti korupsi sejak usia dini," ujar Burhanuddin.

Di samping itu, untuk mewujudkan efek jera (detterent effect) dan mendukung keberhasilan penyelesaian penanganan perkara ada program Tim Tangkap Buronan (Tabur 31.1).

Lewat program itu, Kejaksaan hendak memastikan bahwa tidak ada tempat yang aman untuk bersembunyi (no save haven) bagi para pelaku baik tersangka, terdakwa, maupun terpidana tindak korupsi.

Baca juga: Ini Sejarah Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia...

"Sejak program tersebut diluncurkan di awal tahun 2018 sampai dengan saat ini berhasil diamankan sebanyak 370 (tiga ratus tujuh puluh) buronan pelaku kejahatan dari berbagai wilayah di Indonesia. Adapun di tahun 2019 ini, sudah diamankan sebanyak 163 (seratus enam pulih tiga) buronan," kata Burhanuddin.

Burhanuddin juga mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk melakukan identifikasi, analisa sekaligus pemetaan yang komperhensif terhadap akar masalah dan faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi guna diformulasikan langkah-langkah perbaikan.

"Di samping diperlukannya juga upaya untuk memonitor setiap kebijakan guna melihat tingkat kerawanan akan potensi terjadinta praktik korupsi. Dengan demikian, potensi tindak pidana korupsi dapat diantisipasi dan dicegah," ujarnya.

Kompas TV

Presiden Joko Widodo menagih laporan pengusutan kasus penyerangan air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan. Terkait kasus ini, rencananya Kapolri Jenderal Idham Azis akan dipanggil ke Istana pada Senin 9 Desember 2019 mendatang. Presiden ingin mendengar langsung perkembangan dari pengusutan Kapolri untuk kasus penyerangan Novel Baswedan. 

Sebelumnya Kapolri Idham Azis diberi Presiden tenggat waktu hingga awal Desember untuk mengungkap kasus penyerangan Novel. Namun, hingga kini Idham masih bungkam terkait hasil investigasi kasus tersebut. 

Novel Baswedan menjadi korban penyerangan dengan air keras oleh dua orang pria yang tak dikenal pada Selasa 11 April 2017. Saat itu, Novel baru saja pulang salat subuh dari Masjid dekat rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Selain sempat dirawat di Rumah Sakit Mitra Kelapa Gading Jakarta Utara, Novel juga pernah menjalani perawatan di rumah sakit di Singapura pada 12 April 2017. Hingga kini Novel Baswedan masih menanti kepastian hukum, siapa oknum yang menyerangnya dengan air keras tersebut. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com