Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setara: Di Era Jokowi, TNI Lebih Dimanjakan Ketimbang Era SBY

Kompas.com - 08/10/2019, 16:31 WIB
Christoforus Ristianto,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Laporan Setara Institute bertajuk "Jalan Sunyi Reformasi TNI" menunjukkan perbedaan gaya kepemimpinan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo di dalam menata TNI.

"Periode kedua Pak SBY (2009-2014) hingga periode Pak Jokowi hari ini, terdapat perbedaan jelas," ujar Direktur Eksekutif Setara Institute Ismail Hasani dalam konferensi pers di kantornya, Selasa (8/10/2019).

"Karena Pak SBY ini berlatarbelakang militer, jadi dia lebih mampu mendesain dan menata bagaimana penguatan TNI semestinya dilakukan," lanjut dia.

Baca juga: Pameran Alutsista, Tank TNI Dibajak Anak-anak

Dari sisi pengerahan alat utama sistem persenjataan (alutsista) misalnya. SBY dinilai menempatkan alutsista pada prioritas pertama setelah komponen tunjangan TNI.

Artinya, dalam anggaran terbatas pun, SBY tetap memprioritaskan kebutuhan alutsista untuk menjadi lebih modern.

Ini berbeda dengan kebijakan Presiden Jokowi yang dinilai lebih mengedepanjan komponen tunjangan TNI.

"Beliau (SBY) tahu karena mantan jenderal. Sebaliknya, Pak Jokowi tidak. Postur anggaran alutsista memang naik sampai Rp 108 triliun pada tahun 2019, namun alutsista tetap jadi prioritas paling terakhir," ujar Ismail.

"Artinya, ini menggambarkan bahwa Pak Jokowi tidak paham betul prioritas apa yang dibutuhkan saat ini," lanjut dia.

Baca juga: Setara Institute Nilai Reformasi TNI Stagnan

Selain itu, Ismail menjelaskan, Presiden Jokowi hampir tidak mempunyai pengetahuan dan kemampuan mengendalikan, mendesain dan penguatan reformasi TNI.

Ia menyebut, Presiden Jokowi justru lebih memanjakan TNI dengan kebijakan peningkatan tunjangan kinerja prajurit.

Seperti diketahui, Presiden Jokowi menjanjikan kenaikan tunjangan kinerja prajurit TNI sebesar 80 persen pada 2020.

Ada pula kebijakan pemerintah mengenai kredit perumahan bagi prajurut TNI hingga 30 tahun. Dengan demikian, hal tersebut akan sangat membantu prajurit TNI dalam memiliki hunian.

Baca juga: Pembangunan Fasilitas Rusak di Wamena Libatkan TNI, Ini Alasannya

Selain itu, pemerintah juga menaikkan anggaran pertahanan dari Rp 121 triliun menjadi sebesar Rp 131 triliun pada 2020.

"Tentara di zaman Pak Jokowi itu senang karena dimanja. Bisa dilihat bagaimana personel TNI mendapatkan pendapatan yang layak, fasilitas peningkatan anggara, alutsista yang pengadaanya juga tidak terlalu jelas, dan sebagainya," imbuh Ismail. 

 

Kompas TV Ada 12 titik panas tersebar di empat kabupaten di Riau yang terdeteksi BMKG stasiun Pekanbaru pada selasa (8/10) pagi. Titik panas kembali timbul di Provinsi Riau karena pada awal hingga pertengahan Oktober 2019 masih dalam masa transisi musim kemarau ke musim hujan. BMKG mencatat, jarak pandang di Kota Pekanbaru mencapai tiga kilometer. #Riau #TitikPanas #BMKG
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com