Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penetapan Tersangka Veronica Koman dan Tuduhan Terhadap Benny Wenda Dinilai Tak Tepat

Kompas.com - 05/09/2019, 15:37 WIB
Kristian Erdianto,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Negara Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia Manuel Kaisiepo mengkritik sikap pemerintah yang dinilai tidak tepat dalam menangani gejolak di Papua.

Ia menyoroti penetapan tersangka Veronica Koman terkait kasus pengepungan asrama mahasiswa Papua, di Surabaya. Peristiwa pengepungan ini memicu aksi unjuk rasa di Papua dan Papua Barat.

"Penanganannya tidak arif. Setelah Tri Susanti itu sudah tersangka, tiba-tiba Veronica yang jauh di ujung bumi sana tersangka juga," ujar Manuel dalam sebuah diskusi di Menara Kompas, Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (5/9/2019).

Baca juga: Penetapan Tersangka Veronica Koman, dari Tuduhan Polisi hingga Kritik Bikin Takut Masyarakat Bersuara

Tri Susanti memang sudah ditetapkan terlebih dulu sebagai tersangka karena diduga menyebar secara aktif informasi berisi ujaran kebencian yang memicu aksi kekerasan di asrama.

Menurut keterangan polisi, Veronica yang aktif membela HAM tersebut diduga menyebarkan konten berita bohong atau hoaks dan provokatif terkait Papua melalui akun Twitter-nya.

Polisi menduga Veronica berada di luar negeri saat demo di depan asrama mahasiswa Papua tersebut.

Baca juga: Polisi Duga Benny Wenda Juga Sebarkan Konten Hoaks Ke Jejaringnya di Eropa dan Afrika

Selain itu Manuel juga menyoroti tuduhan pemerintah terhadap Ketua Eksekutif Gerakan Pembebasan untuk Papua dan Papua Barat (ULMWP) Benny Wenda.

Kepala Staf Presiden Moeldoko menyebut bahwa Benny Wenda menjadi dalang aksi unjuk rasa yang berujung kerusuhan di Papua.

Manuel mengaku tidak yakin dengan tuduhan tersebut. Pasalnya ia meyakini kerusuhan di Papua terjadi secara sistematis.

Baca juga: Ini Postingan Veronica Koman yang Dianggap Memprovokasi dalam Demo Asrama Papua di Surabaya

Jika dirunut kembali, kerusuhan dipicu oleh tindakan diskriminasi rasial yang terjadi saat pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya.

Dalam waktu yang berdekatan, tindakan diskriminasi rasial juga dialami oleh mahasiswa asal Papua di beberapa daerah seperti Semarang dan Yogyakarta.

Artinya, menurut Manuel, ada orang-orang yang merancang skenario kerusuhan di Papua. Namun, Manuel meyakini skenario seperti itu tidak dapat dijalankan oleh Benny Wenda.

"Kalau kita kaji lebih dalam ini memang ada skenario karena tersitematis. Penanganannya tidak arif. Benny Wenda yang hidupnya terlunta-lunta di London, bagaimana dia bisa memengaruhi sebuah gerakan yang sistematis ini," kata Manuel.

Kompas TV Veronica Koman ditetapkan sebagai tersangka setelah penyidik melakukan gelar perkara. Menurut polisi, saat insiden di asrama mahasiswa Papua terjadi, Veronica Koman tidak berada di Indonesia tetapi aktif menyebarkan hoaks dan melakukan provokasi melalui media sosial.<br /> <br /> Veronica Koman dijerat sejumlah pasal undang undang KUHP dan Undang Undang ITE. Setelah ditetapkan sebagai tersangka, polisi akan bekerja sama dengan BIN dan Interpol untuk melacak keberadaan Veronika Koman di luar negeri. #VeronicaKoman #AsramaPapua #Papua
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 30 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soroti Ketimpangan, Megawati: Bisa Beli Handphone, tapi Risma Nangis Ada Juga yang Tinggal di Kandang Kambing

Soroti Ketimpangan, Megawati: Bisa Beli Handphone, tapi Risma Nangis Ada Juga yang Tinggal di Kandang Kambing

Nasional
Ganjar Pranowo: 17 Poin Rekomendasi Rakernas Beri Gambaran Sikap Politik PDIP

Ganjar Pranowo: 17 Poin Rekomendasi Rakernas Beri Gambaran Sikap Politik PDIP

Nasional
Sambut Pilkada 2024, Megawati Minta Kader PDIP Turun ke Akar Rumput

Sambut Pilkada 2024, Megawati Minta Kader PDIP Turun ke Akar Rumput

Nasional
Besok, Joice Triatman dan Pegawai di Nasdem Tower Jadi Saksi di Sidang SYL

Besok, Joice Triatman dan Pegawai di Nasdem Tower Jadi Saksi di Sidang SYL

Nasional
Bongkar Aliran Uang, KPK Bakal Hadirkan Istri, Anak dan Cucu SYL di Persidangan

Bongkar Aliran Uang, KPK Bakal Hadirkan Istri, Anak dan Cucu SYL di Persidangan

Nasional
Megawati: Posisi Politik PDI-P Selama Ini Diputuskan dalam Kongres Partai

Megawati: Posisi Politik PDI-P Selama Ini Diputuskan dalam Kongres Partai

Nasional
Soal Jatah Menteri untuk Demokrat, Wasekjen: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo...

Soal Jatah Menteri untuk Demokrat, Wasekjen: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo...

Nasional
Rekomendasi Rakernas Kelima PDI-P, Megawati Diminta Kesediaannya untuk Kembali Jadi Ketum

Rekomendasi Rakernas Kelima PDI-P, Megawati Diminta Kesediaannya untuk Kembali Jadi Ketum

Nasional
Pertamina Patra Niaga Terus Tertibkan Operasional SPBE

Pertamina Patra Niaga Terus Tertibkan Operasional SPBE

Nasional
Megawati: Ada yang Lama Ikut Katanya Ibu Menghina Sebut Kader, Tahulah Siapa...

Megawati: Ada yang Lama Ikut Katanya Ibu Menghina Sebut Kader, Tahulah Siapa...

Nasional
Pengamat: Permintaan Maaf PDI-P Atas Kadernya yang Melanggar Konstitusi untuk Tunjukkan Sikap Legowo

Pengamat: Permintaan Maaf PDI-P Atas Kadernya yang Melanggar Konstitusi untuk Tunjukkan Sikap Legowo

Nasional
Megawati: Sekarang Tuh Hukum Versus Hukum, Terjadi di MK, KPK, KPU

Megawati: Sekarang Tuh Hukum Versus Hukum, Terjadi di MK, KPK, KPU

Nasional
Ketua DPD PDIP Jatim Said Abdullah Dukung Megawati Soekarnoputri Kembali jadi Ketua Umum PDIP

Ketua DPD PDIP Jatim Said Abdullah Dukung Megawati Soekarnoputri Kembali jadi Ketua Umum PDIP

Nasional
Ditinggal Jokowi, PDI-P Disebut Bisa Menang Pileg karena Sosok Megawati

Ditinggal Jokowi, PDI-P Disebut Bisa Menang Pileg karena Sosok Megawati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com