JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Negara Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia Manuel Kaisiepo mengkritik sikap pemerintah yang dinilai tidak tepat dalam menangani gejolak di Papua.
Ia menyoroti penetapan tersangka Veronica Koman terkait kasus pengepungan asrama mahasiswa Papua, di Surabaya. Peristiwa pengepungan ini memicu aksi unjuk rasa di Papua dan Papua Barat.
"Penanganannya tidak arif. Setelah Tri Susanti itu sudah tersangka, tiba-tiba Veronica yang jauh di ujung bumi sana tersangka juga," ujar Manuel dalam sebuah diskusi di Menara Kompas, Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (5/9/2019).
Tri Susanti memang sudah ditetapkan terlebih dulu sebagai tersangka karena diduga menyebar secara aktif informasi berisi ujaran kebencian yang memicu aksi kekerasan di asrama.
Menurut keterangan polisi, Veronica yang aktif membela HAM tersebut diduga menyebarkan konten berita bohong atau hoaks dan provokatif terkait Papua melalui akun Twitter-nya.
Polisi menduga Veronica berada di luar negeri saat demo di depan asrama mahasiswa Papua tersebut.
Baca juga: Polisi Duga Benny Wenda Juga Sebarkan Konten Hoaks Ke Jejaringnya di Eropa dan Afrika
Selain itu Manuel juga menyoroti tuduhan pemerintah terhadap Ketua Eksekutif Gerakan Pembebasan untuk Papua dan Papua Barat (ULMWP) Benny Wenda.
Kepala Staf Presiden Moeldoko menyebut bahwa Benny Wenda menjadi dalang aksi unjuk rasa yang berujung kerusuhan di Papua.
Manuel mengaku tidak yakin dengan tuduhan tersebut. Pasalnya ia meyakini kerusuhan di Papua terjadi secara sistematis.
Baca juga: Ini Postingan Veronica Koman yang Dianggap Memprovokasi dalam Demo Asrama Papua di Surabaya
Jika dirunut kembali, kerusuhan dipicu oleh tindakan diskriminasi rasial yang terjadi saat pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya.
Dalam waktu yang berdekatan, tindakan diskriminasi rasial juga dialami oleh mahasiswa asal Papua di beberapa daerah seperti Semarang dan Yogyakarta.
Artinya, menurut Manuel, ada orang-orang yang merancang skenario kerusuhan di Papua. Namun, Manuel meyakini skenario seperti itu tidak dapat dijalankan oleh Benny Wenda.
"Kalau kita kaji lebih dalam ini memang ada skenario karena tersitematis. Penanganannya tidak arif. Benny Wenda yang hidupnya terlunta-lunta di London, bagaimana dia bisa memengaruhi sebuah gerakan yang sistematis ini," kata Manuel.