Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal "Blackout", Pengamat: Jangan Cuma Salahkan PLN

Kompas.com - 07/08/2019, 18:15 WIB
Nur Rohmi Aida,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Kejadian padamnya listrik di wilayah Jabodetabek, Banten, Jawa Barat hingga sebagian wilayah Jawa Tengah pada Minggu (4/8/2019) mendapat perhatian sejumlah pihak.

Presiden Jokowi bahkan mendatangi langsung kantor pusat PLN pada Senin (5/8/2019) untuk bertemu dengan Pelaksana Tugas Direktur Utama PT PLN Sripeni Inen Cahyani.

Dilaporkan Kompas.com Selasa (6/8/2019), PLN juga akan melaporkan secara berkala mengenai hasil investigasi lebih lanjut mengenai penyebab pemadaman massal kepada komisi VII DPR.

Djoko Rahardjo Abumanan, Direktur Pengadaan Strategis II PLN juga menjelaskan perseroan harus melakukan efisiensi untuk bisa membayar ganti rugi kepada para pelanggan salah satunya dengan memangkas gaji karyawan.

Baca juga: Listrik Padam, Warga di Desa Ini Tak Panik, Panel Surya Murah Jadi Solusi

Masalah padamnya listrik besar-besaran (blackout) kemarin, pengamat energi Marwan Batubara yang juga Direktur IRESS (Indonesian Resourcess Studies) menilai bahwa seharusnya semua lini baik pemerintah maupun PLN melakukan introspeksi.

“Ada banyak faktor-faktor yang mungkin tak dipahami masyarakat. Jadi, jangan hanya sekedar marahi PLN karna mereka sudah bekerja,” ungkap Marwan ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (6/8/2019).

Ia meminta kepada pemerintah untuk meninjau kebijakannya kembali, apakah ada kebijakan yang sekiranya menyebabkan PLN memaksakan untuk melakukan penghematan sehingga berdampak pada sistem maintenance yang ada selama ini.

“Misal penghematan justru membuat sistem mereka tidak optimal untuk adanya kerusakan-kerusakan dan tak optimal dari sisi teknis,” ujarnya.

Ia mengingatkan kepada PLN untuk tak mengorbankan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sudah lama ada dan berdampak bagus demi kebijakan pemerintah namun ternyata berisiko mengganggu pelayanan.

Baca juga: Soal Listrik Mati, Presiden Jokowi Jangan Hanya Marah, tetapi Evaluasi Kebijakan Pemerintah

Pihaknya juga mengingatkan kepada PLN untuk berani mengatakan tidak, seandainya ke depan memang terdapat kebijakan yang sekiranya memberatkan.

“Kalau bicara kebijakan penghematan harus dijalankan tapi mengorbankan pelayanan mereka bilang enggak aja!” tuturnya.

Di sisi lain, pelajaran yang bisa diambil PLN ke depan menurut Marwan, adalah tentang pembangunan pembangkit listrik.

Misalnya pembangunan untuk konsumen di Jawa Barat tapi membangunnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Menurut Marwan, hal semacam ini diperbolehkan asalkan didukung dengan jaringan interkoneksi kuat sehingga tidak menimbulkan masalah seperti kemarin.

“Di sini perlu ada perencanaan, kesesuaian di mana membangun pembangkit dengan di mana konsumen berada. Ini kan mestinya sejalan. Jangan bangun di timur, konsumen di barat atau konsumen di barat bangun di Jawa Tengah,” tuturnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Nasional
Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Nasional
Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Nasional
Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Nasional
Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Nasional
PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

Nasional
Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Nasional
Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com