Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Didi Kempot, "Sewu Kutho" dan Sejarah Campursari

Kompas.com - 05/08/2019, 14:22 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Nama Didi Kempot, pelantun lagu “Sewu Kutho” ini kian melambung. Terakhir videonya manggung di Istana Kepresidenan bahkan sempat menjadi trending topic di Twitter pada Minggu (4/8) siang.

Dalam video yang beredar luas tersebut, Presiden Jokowi terlihat menikmati dan sempat ikut bernyanyi sewaktu menyaksikan adik almarhum Mamiek Prakoso tersebut tampil di panggung.

Siapa yang menyangka lagu-lagu campursari yang dibawakan Didi Kempot, yang notabene mengusung bahasa daerah saat ini mendapatkan atensi lebih.

Sebelum muncul sosok Didi Kempot sebagai The Godfather of Broken Heart, ada almarhum Manthous yang cukup terkenal dengan grup campursarinya.

Bagaimana sejarah Campursari itu muncul? Merujuk dari etimologi (bahasa), campursari dibentuk dari 2 suku kata bahasa jawa, yakni campur dan sari.

Baca juga: Diundang Ke Istana, Didi Kempot Sebut Ini Mimpi yang Jadi Nyata

Istilah campur mempunyai banyak pengertian, sementara sari diartikan sebagai inti sari, atau yang terbaik dari sesuatu.

Menurut penelitian Tri Laksono dari ISI Yogyakarta, yang berjudul "Perspektif Historis Campursari dan Campursari ala Manthous" disebutkan, Campursari merupakan perpaduan instrument gamelan dan instrument Barat yang tentu juga terkait dengan penggabungan tangga nada pentatonis dan diatonis. Semisal pencampuran alat musik tradisional dengan modern.

Sementara itu, sesuai dengan jurnal dari Universitas Semarang tentang Jejak Campursari (The History of Campursari) yang ditulis oleh Joko Wiyoso, campursari pertama kali diperkenalkan pada tahun 1953 oleh R.M Samsi yang tergabung dalam kelompok Campursari RRI Semarang.

Awalnya tidak banyak yang mereka lakukan selain secara rutin mengisi siaran RRI Semarang setiap Rabu Malam.

Era Pertama Campursari

Memasuki tahun 1978, kelompok campursari besutan R.M Samsi itu berhasil menembus perusahaan rekaman swasta yang bernama Ira Record Semarang.

Dalam kurun waktu 1978-1980, kelompok campursari tersebut mampu menghasilkan 9 album rekaman.

Meski sudah mampu menciptakan 9 album, tidak membuat kelompok campursari RRI ini bertahan eksistensinya. Bahkan keberadaannya masih belum dikenal secara luas oleh masyarakat.

Pada kurun waktu yang sama, lagu-lagu campursari yang mereka bawakan di Jawa Tengah, masih kalah populer dengan irama gending-gending kreasi Ki Nartosabdo. Hal itu diakui oleh penyanyi campursari RRI Semarang yang juga seorang pesinden terkenal, Ngatirah.

Masih dari jurnal yang sama, salah satu faktor kurang terkenalnya campursari kala itu lantaran muncul di saat semaraknya langgam-langgam kreasi baru ki Nartosabdo.

Penyanyi campursari, Didi Kempot saat cek sound sebelum acara program Rosi di Kompas TV di Menara Kompas, Jakarta, Kamis (1/8/2019).KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Penyanyi campursari, Didi Kempot saat cek sound sebelum acara program Rosi di Kompas TV di Menara Kompas, Jakarta, Kamis (1/8/2019).
Kemunculan Manthous, membawa perubahan di campursari. Musisi kelahiran Playen, Gunungkidul, Yogyakarta tersebut mencoba menghidupkan kembali campursari yang sudah lama tenggelam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

Nasional
Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

Nasional
Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com