JAKARTA, KOMPAS.com - Paten dan publikasi ilmiah internasional asal Indonesia terbanyak di kawasan Asia Tenggara, saat ini.
Demikian diungkapkan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir dalam sebuah diskusi bersama media massa di Jakarta, Selasa (30/7/2019).
"Kita sudah leader (memimpin) di Asia Tenggara (untuk publikasi ilmiah)," kata Nasir, sebagaimana dilansir dari Antara.
Baca juga: Wacana Rektor Asing, Ini 4 Alasan Kemenristekdikti Undang Rektor Asing
Pada Selasa (30/7) hingga pukul 17.00 WIB, jumlah publikasi ilmiah internasional Indonesia tercatat sebanyak 33.177 publikasi.
Sementara Malaysia berada di bawah Indonesia dengan jumlah 32.952 publikasi. Adapun, Singapura dan Thailand masing-masing memiliki 22.500 dan 18.000 publikasi ilmiah.
"Riset, publikasi ini merupakan bahan baku untuk menghasilkan paten, prototipe dan inovasi," ujar Nasir yang pernah menjabat sebagai rektor terpilih Universitas Diponegoro di Semarang.
Demikian pula soal paten. Nasir mengatakan, saat ini paten Indonesia juga telah menjadi yang terbanyak di Asia Tenggara dengan jumlah 2.675 paten.
Sementara Singapura memiliki sekitar 2.250 paten dan Malaysia mempunyai 1.800 paten.
Baca juga: Hangatnya Makanan di Kotak Bekal Tenaga Surya Inovasi Mahasiswa UI
Nasir melanjutkan, untuk indeks inovasi global Indonesia, tidak terlalu menggembirakan. Indonesia masih berada di peringkat 85 dari 129 negara di dunia.
Oleh sebab itu, Nasir berkomitmen untuk meningkatkan lebih banyak lagi inovasi.
"Inovasi kita masih peringkat 85, masih sangat rendah. Ini kan bahan baku risetnya masih belum banyak, ini mulai kita dorong," ujar dia.