KOMPAS.com — Maraknya kabar bohong (hoaks), misinformasi, dan disinformasi di sejumlah media sosial, termasuk aplikasi pesan WhatsApp, menimbulkan keresahan dan kecemasan bagi pembaca.
Adapun keresahan dan kecemasan ini timbul karena tidak ada kejelasan informasi yang mereka dapatkan.
Dampak lain yang bisa terjadi ialah sejumlah pihak dirugikan karena tidak cermat dalam memilah dan memilih informasi yang beredar.
Oleh karena itu, pembaca sebaiknya bersikap selektif dan jeli atas informasi yang diperoleh.
Pada pekan ini, Kompas.com telah merangkum adanya dua hoaks dan satu klarifikasi pada 22-27 Juli 2019. Berikut rinciannya:
Sebuah pesan menginformasikan air laut yang surut sejauh 20 meter di pesisir Cilacap beredar di WhatsApp pada Minggu (21/7/2019).
Pada pesan juga ditambahkan foto yang menampilkan kondisi air laut yang sedang surut dan beberapa perahu nelayan terdampar di pesisir pantai.
Tidak hanya itu, ada pula video yang menampilkan kondisi pesisir pantai Cilacap yang surut.
"Ini enggak beres pantai Cilacap teluk penyu air surut ini, pertanda kayak mau tsunami ini, sama persis kayak yang di Aceh tahun 2004 yang lalu. Tapi Allahualam-lah aja sampe pokoke, pengin e tah sing selamet (jangan sampai terjadi tsunami, harapannya semua selamat)," tulis pengunggah video pada akun Facebooknya.
Menanggapi hal ini, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap Tri Komara mengungkapkan bahwa kabar tersebut adalah hoaks.
"Itu hoaks. Foto (yang menunjukkan air laut surut) bukan kondisi saat ini, foto tahun kapan itu?" ujar Tri saat dihubungi Kompas.com pada Minggu (21/7/2019).
Tak hanya itu, Tri juga menyampaikan bahwa tim BPBD Cilacap juga telah berkeliling mengecek kondisi pesisir laut selatan dan tidak ditemukan fenomena air laut yang surut, seperti yang ditampilkan dalam foto dan video yang beredar.
Ia juga menyampaikan bahwa saat itu kondisi air laut normal, tidak surut, justru sedang pasang.
Baca selengkapnya: [HOAKS] Pesan Soal Air Laut Surut 20 Meter di Pesisir Cilacap