Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Politik Megawati, dari Pengusaha Pom Bensin hingga Penguasa Medan Merdeka Utara

Kompas.com - 26/07/2019, 06:30 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Heru Margianto

Tim Redaksi

Berikut adalah rangkaian tulisan perjalanan politik Megawati Soekarnoputri. Minggu ini, 18 tahun lalu, adalah minggu pertama Megawati menduduki kursi Presiden Republik Indonesia. Baca tulisan lainnya:  Hari Ini 18 Tahun Lalu, Megawati Soekarnoputri Torehkan Sejarah Politik Indonesia dan Perjalanan Politik Megawati, Janji Cut Nyak untuk Rakyat Aceh

KOMPAS.com - JIKA tak ada Sabam Sirait, barangkali kita tidak akan melihat sosok Megawati Soekarnoputri di panggung politik nasional. Sampai dengan 1987, masyarakat tidak pernah mendengar nama Megawati.

Setelah tumbangnya Orde Lama, keluarga Soekarno memilih menghindari panggung dan hidup sebagai masyarakat biasa.

Megawati bersama suaminya adalah pengelola sejumlah pom bensin di Jakarta

Sabam adalah politisi senior PDI-P. Tahun ini, pria kelahiran Tanjung Balai 13 Oktober 1936 tersebut, baru saja terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) periode 2019-2024.

Dalam sebuah kesempatan, Megawati pernah bercerita, orang yang membujuknya masuk Partai Demokrasi Indonesia (sekarang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) adalah Sabam.

Peristiwanya terjadi sekitar tahun 1980an. Saat itu, tak ada satu pun keluarga Soekarno yang tampil di kancah politik.

Putra-putri Soekarno membuat kesepakatan pada 1982 untuk tidak berpartisipasi aktif dalam salah satu organisasi sosial politik peserta pemilu.

Kesepakatan yang dibuat pada 1982 itu mengacu pada sikap politik Soekarno yang untuk berdiri di atas semua golongan dan partai politik. Mereka menilai tidak ada organisasi yang meneruskan semangat marhaenisme ajaran Soekarno.

Suatu sore di Kemayoran

Nah, suatu sore, di pertengahan tahun 1980an, di sebuah restoran di daerah Kemayoran, Sabam bersua dengan Megawati dan almarhum Taufik Kiemas, suami Megawati. Sabam mengajak keduanya berkiprah di PDI.

Megawati cuma tertawa mendengar tawaran itu. Mana mungkin keluarga Soekarno bisa berpolitik. Selain soal kesepakatan keluarga yang dibuat, pemerintah Soeharto juga melarang anak-anak Soekarno terlibat politik. Di era Orde Baru pimpinan Soeharto ada sentimen terhadap keluarga Soekarno.

Namun, Sabam tidak menyerah. Di lain kesempatan ia kembali membujuk lewat Taufik. Megawati akhirnya menerima tawaran Sabam.

Pada Pemilu 1987, nama Megawati dan adiknya, Guruh Soekarnoputra, muncul dalam daftar calon anggota DPR dari PDI.

Sabam Sirait (tengah) dan istri, Sondang Sirait Sidabutar (kanan), menyambut Megawati Soekarnoputri yang menghadiri Syukuran Ulang Tahun Ke-75 Sabam Sirait di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Kamis (13/10/2011). WISNU WIDIANTORO Sabam Sirait (tengah) dan istri, Sondang Sirait Sidabutar (kanan), menyambut Megawati Soekarnoputri yang menghadiri Syukuran Ulang Tahun Ke-75 Sabam Sirait di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Kamis (13/10/2011).

Mega yang semula menolak masuk politik, akhirnya berkeliling untuk kampanye bersama suaminya, Taufik Kiemas, guna merebut simpati rakyat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com