Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Politik Megawati, dari Pengusaha Pom Bensin hingga Penguasa Medan Merdeka Utara

Kompas.com - 26/07/2019, 06:30 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Heru Margianto

Tim Redaksi

Merebut PDI

Bergabungnya Megawati di PDI mendongkrak popularitas partai berlambang banteng itu. Melejitnya suara PDI pada pemilu 1987 dan 1992 mengkhawatirkan penguasa Orde Baru. Begitu pula Ketua Umum PDI Soerjadi yang ketokohannya tersaingi oleh Megawati waktu itu.

Rekayasa dan konflik internal pun diciptakan di tubuh PDI.

Kongres PDI di Medan pada Juli 1993 untuk mengukuhkan Soerjadi kembali sebagai ketua umum menemui jalan buntu.

Kongres Luar Biasa pun digelar di Surabaya pada Desember 1993. Tak sesuai dengan harapan pemerintah untuk memenangkan tokoh yang bisa dikendalikan, Megawati justru tampil sebagai pemenang dengan meraih dukungan dari 27 DPD untuk mengambil alih pimpinan PDI.

Berdasarkan Kongres Surabaya 1993, Megawati adalah Ketua Umum PDI periode 1993-1998.
Dikutip dari buku Megawati dalam Catatan Wartawan (2017), pascaterpilih sebagai ketua umum, Megawati berkeliling Indonesia untuk konsolidasi dan menemui rakyat.

Ketidaksukaan pemerintah Orde Baru akan popularitas Megawati justru membuat Megawati makin dicintai orang banyak. Ia adalah simbol perlawanan terhadap tekanan Orde Baru. Megawati sempat diusulkan sebagai calon presiden.

Megawati terus digoyang dan coba didongkel di tengah jalan. Pada 1996, lawan politik Megawati yang didukung pemerintah di dalam partai menggelar kongres Medan yang memilih Soerjadi sebagai ketua umum.

Pascakongres PDI di Medan, pucuk pimpinan PDI terbelah dua. Ada PDI Soerjadi yang didukung pemerintah dan ada PDI Megawati yang didukung akar rumput.

PDI kubu Megawati menguasai Kantor Dewan Pimpinan Pusat PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta. Insiden berdarah pecah di sana saat massa dari kubu Soerjadi yang didukung pemerintah merebut paksa kantor.

Lima orang dilaporkan tewas, sementara ratusan orang mengalami luka-luka.

Tekanan terhadap Mega justru menguatkan dukungan rakyat terhadapnya. Pendukungnya di PDI bahkan pindah ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan membentuk "Mega-Bintang". Mega sendiri memilih golput saat Pemilu 1997.

Mendirikan PDI-P

Lengsernya Soeharto pada Mei 1998 membawa angin segar. Megawati hengkang dari PDI dan mendirikan PDI Perjuangan untuk bertarung pada Pemilu 1999.

Karisma Megawati membahana. PDI-P besutannya menjadi pemenang Pemilu dengan memperoleh 33,74 persen suara. Sementara, PDI Soerjadi hanya mengantongi 0,33 persen.

Sayangnya, jalan Megawati naar Merdeka Utara tak berlangsung mulus. Di Parlemen ia terganjal manuver poros tengah yang dimotori Amien Rais.

Parlemen memilih Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden.

Megawati menjemput takdirnya yang tertunda di Medan Merdeka Utara pada 23 Juli 2001 ketika ia dilantik menjadi Presiden kelima Indonesia sekaligus Presiden Perempuan pertama yang pernah memerintah negeri ini menggantikan Gus Dur yang dilengserkan Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Baca juga: Hari Ini 18 Tahun Lalu, Megawati Soekarnoputri Torehkan Sejarah Politik Indonesia

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami 'Fine-fine' saja, tapi...

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami "Fine-fine" saja, tapi...

Nasional
e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

Nasional
Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Nasional
MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
4 Jenderal Bagikan Takjil di Jalan, Polri: Wujud Mendekatkan Diri ke Masyarakat

4 Jenderal Bagikan Takjil di Jalan, Polri: Wujud Mendekatkan Diri ke Masyarakat

Nasional
Berkelakar, Gus Miftah: Saya Curiga Bahlil Jadi Menteri Bukan karena Prestasi, tetapi Lucu

Berkelakar, Gus Miftah: Saya Curiga Bahlil Jadi Menteri Bukan karena Prestasi, tetapi Lucu

Nasional
Dua Menteri PDI-P Tak Hadiri Bukber Bareng Jokowi, Azwar Anas Sebut Tak Terkait Politik

Dua Menteri PDI-P Tak Hadiri Bukber Bareng Jokowi, Azwar Anas Sebut Tak Terkait Politik

Nasional
Tak Cuma Demokrat, Airlangga Ungkap Banyak Kader Golkar Siap Tempati Posisi Menteri

Tak Cuma Demokrat, Airlangga Ungkap Banyak Kader Golkar Siap Tempati Posisi Menteri

Nasional
Menko Polhukam Pastikan Pengamanan Rangkaian Perayaan Paskah di Indonesia

Menko Polhukam Pastikan Pengamanan Rangkaian Perayaan Paskah di Indonesia

Nasional
Enam Menteri Jokowi, Ketua DPR, Ketua MPR, dan Kapolri Belum Lapor LHKPN

Enam Menteri Jokowi, Ketua DPR, Ketua MPR, dan Kapolri Belum Lapor LHKPN

Nasional
Soal Pengembalian Uang Rp 40 Juta ke KPK, Nasdem: Nanti Kami Cek

Soal Pengembalian Uang Rp 40 Juta ke KPK, Nasdem: Nanti Kami Cek

Nasional
Kubu Anies-Muhaimin Minta 4 Menteri Dihadirkan Dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Kubu Anies-Muhaimin Minta 4 Menteri Dihadirkan Dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com