Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Kongres PGRI, Wapres Singgung Kesejahteraan Guru

Kompas.com - 05/07/2019, 17:12 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyinggung persoalan kesejahteraan guru dalam Kongres Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) XXII 2019 di Britama Arena, Kelapa Gading, Jakarta, Jumat (5/7/2019).

Kalla menilai, persoalan kesejahteraan guru dipengaruhi oleh kemampuan negara dalam menyediakan anggaran pendidikan. Namun, Kalla mengatakan, hal tersebut juga dipengaruhi oleh hasil produktivitas negara di bidang ekonomi.

Sementara itu, kata Kalla, produktivitas ekonomi juga dipengaruhi oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu negara yang diperoleh lewat pendidikan. Karena itu, Kalla menilai semua hal tersebut merupakan mata rantai yang tak bisa diputus.

Baca juga: Temui Wapres, Ketua PGRI Protes soal Kewenangan Pengelolaan Sekolah di Daerah

"Karena apa bila kita bicara tentang kesejahteraan yang kita peroleh, sangat tergantung dengan kemampuan ekonomi negara. Kembali lagi ke kemampuan nilai tambah negara, kembali lagi ke teknologi, kembali lagi ke pendidikan, kembali lagi tentang guru," ujar Kalla dalam sambutannya.

"Jadi ini sistem yang berputar, yang ujungnya dimana pun kita (harus) selesaikan. Tapi dasar dari semua adalah meningkatkan pendidikan bersama-sama," lanjut Kalla.

Kalla menyadari, saat ini masih banyak guru yang belum puas dengan kesejahteraannya, terutama para guru honorer.

Namun, Kalla mengatakan, peningkatan kesejahteraan guru juga harus berimbas pasca-meningkatnya mutu pendidikan di Indonesia. Dengan demikian hal tersebut bisa meningkatkan kualitas SDM guna meningkatkan produktivitas perekonomian negara.

Jika produktivitas perekonomian negara meningkat, Kalla meyakini hal itu akan berimbas balik pada peningkatan kesejahteraan guru.

Baca juga: Sekjen PGRI: Gaduh Zonasi karena Kurang Libatkan Guru dan Orangtua

Karena itu, kata Kalla, tugas utama negara ke depan ialah memperbaiki mutu pendidikan. Kalla menilai mutu pendidikan dasar, menengah, dan tinggi di Indonesia masih harus diperbaiki.

"Apa bila pemerintah saat ini selalu bicara infrastruktur, fisik, maka lima tahun mendatang akan membicarakan infrastruktur manusia, sumber daya manusia, kemampuan manusia dan apapun kita berbicara kemampuan manusia," kata Kalla.

"Maka ujungnya adalah mutu pendidikan, pelatihan, dan sistem pendidkan, dan sebagainya," lanjut dia.

Kompas TV Walaupun berada di tengah-tengah kota dan sudah eksis sejak tahun 1955 silam, SMP swasta PGRI Klungkung, Bali keberadaanya kini terancam tutup lantaran tidak ada siswa. Saat ini siswa lebih memanfaatkan sistem zonasi dengan masuk ke sekolah negeri dibanding sekolah swasta. Promosi sekolah gratis dan ada ditengah kotapun tidak mampu mendorong pelajar baru datang kesekolah ini. Saat ini 24 ruang kelas yang dimiliki kosong dan hanya terisi 2 kelas saja dengan 25 tenaga pengajar yang juga terancam divakumkan karena tidak adanya siswa baru. Kini guru hanya mengajari kelas 8 yang jumlahnya 20 orang dan kelas 9, 17 orang siswa saja. #SMPSwasta #Klungkung #KekuranganSiswa
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Nasional
Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Nasional
KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat 'Presidential Club'

Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat "Presidential Club"

Nasional
'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

"Presidential Club" Prabowo Diprediksi Jadi Ajang Dialog dan Nostalgia

Nasional
Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye 'Tahanan KPK' Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Gus Muhdlor Kenakan Rompi Oranye "Tahanan KPK" Usai Diperiksa 7 Jam, Tangan Diborgol

Nasional
Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Adam Deni Hanya Dituntut 1 Tahun Penjara, Jaksa: Sudah Bermaafan dengan Sahroni

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Ide "Presidential Club" Prabowo Diprediksi Bakal Bersifat Informal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com