JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR Fadli Zon menuturkan bahwa Komnas HAM akan dilibatkan dalam proses investigasi kematian warga saat kerusuhan yang terjadi pasca-unjuk rasa hasil Pilpres 2019 pada 22 Mei di depan kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Jakarta Pusat.
Hal itu ia katakan terkait usulan dilakukannya investigasi seusai menerima pengaduan sejumlah keluarga korban, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (27/5/2019).
"Saya kira Komnas HAM ikut bergerak begitu juga dengan nanti teman-teman di DPR tentu di komisi terkait saya kira ini perlu (investigasi) karena ini menyangkut nyawa manusia," ujar Fadli.
Baca juga: Komnas HAM Tak Ingin Kerusuhan 22 Mei Terulang Lagi
Menurut Fadli, investigas perlu dilakukan mengingat Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto menyatakan bahwa aparat tidak menggunakan senjata dan peluru tajam saat menangani aksi unjuk rasa.
Namun pada kenyataannya, kata Fadli, terdapat sejumlah korban yang meninggal dunia.
Berdasarkan keterangan Divisi Humas Polri, korban meninggal dunia akibat kerusuhan saat aksi protes terhadap hasil Pilpres 2019 berjumlah tujuh orang.
Baca juga: Fadli Zon Minta Polisi Usut Kematian Warga Saat Kerusuhan 22 Mei
Sedangkan, seorang korban aksi 22 Mei yang meninggal dunia teridentifikasi terkena peluru tajam.
"Tapi kenapa di lapangan justru terjadi banyak penggunaan senjata. Baik itu peluru karet, peluru hampa, gas air mata dan peluru tajam. Ini yang harus diinvestigasi atas perintah siapa," kata Fadli.
Dalam pertemuan tersebut, ayah dari almarhum Harun Al Rasyid (15), Didin wahyudin, berharap pemerintah dapat memberikan keadilan dengan mengusut tuntas kasus anaknya itu.
Baca juga: Usai Kerusuhan 22 Mei, Pemerintah Blokir 2.184 Akun Penyebar Hoaks
Seperti diketahui, aksi unjuk rasa yang terjadi pada 21 hingga 22 Mei 2019 di depan kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) berakhir ricuh.
Harun Al Rasyid menjadi salah satu dari tujuh korban meninggal dunia berdasarkan keterangan dari kepolisian. Diduga Harun meninggal karena ditembak.
Menurut Didin, jenazah anaknya ia temukan di RS Polri Kramat Jati. Sebelumnya jenazah Harun sempat disemayamkan di RS Dharmais kemudian dipindahkan ke RS Polri Kramat Jati karena identitasnya tidak diketahui.
"Harapannya saya minta keadilan saja karena anak saya ini masih di bawah umur jadi korban penembakan. Saya minta keadilan," ujar Didin.