Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TKN Sebut Ma'ruf Amin Memperkuat Elektabilitas di Kalangan Pemilih Muslim

Kompas.com - 04/04/2019, 11:41 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN), Irma Suryani Chaniago menilai, keunggulan pasangan capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin di kalangan pemilih muslim karena peran Ma'ruf Amin sebagai cawapres dengan latar belakang ulama.

Ia menyebutkan, sosok Ma'ruf Amin mendongkrak elektabilitas secara cukup signifikan.

Hal ini disampaikan Irma menanggapi survei Indikator Politik Indonesia yang menunjukkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf unggul di kalangan pemilih muslim dibandingkan pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Iya, pasti Insya Allah Pak Ma'ruf Amin memberikan tambahan elektabiltas suara yang signifikan kepada Pak Jokowi juga. Jadi ini pasangan yang benar-benar ulama dan umaroh," kata Irma saat dihubungi Kompas.com, Kamis (4/4/2019).

Baca juga: Survei Indikator Tunjukkan Perubahan Suara Pemilih Islam dari Prabowo ke Jokowi

Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Maruf Amin, Irma Suryani Chaniago saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Senin (26/11/2018). CHRISTOFORUS RISTIANTO/KOMPAS.com Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Maruf Amin, Irma Suryani Chaniago saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Senin (26/11/2018).
Menurut dia, kalangan umat Islam di Indonesia telah memahami bahwa lebih baik memilih calon pemimpin dari kalangan ulama, dibandingkan memilih calon pemimpin yang dipilih oleh para ulama.

"Lebih baik pilih ulamanya sendiri daripada pilihan ulama. Kalau pilihan ulama kan dia bukan ulama. Kalau Ma'ruf kan ulama betul," ujar Irma.

Ia juga mengklaim bahwa kalangan muslim telah sadar selama ini capres petahana Joko Widodo membela Islam, dan tak memercayai hoaks yang menyebutkan sebaliknya.

Baca juga: Ke Mana Suara Swing Voters dan Undecided Voters Akan Diberikan? Ini Hasil Survei Indikator

"Alhamdulillah Allah membuka mata membuka jalan membuka hidayah kepada orang-orang yang tadinya termakan hoaks SARA dan fitnah itu akhirnya kembali berfikir rasional bahwa apa yang selama ini difitnah dan digoreng itu kan enggak benar," kata dia.

Saat ini, lanjut Irma, TKN fokus untuk menjawab beberapa hoaks, SARA dan fitnah yang ditujukan kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf.

Ia menyadari hoaks dan fitnah kepada Jokowi belum sepenuhnya hilang.

"Tapi memang hoaks SARA memang masih belum clear masih banyak orang Indonesia belum tercerahkan," ujar Irma.

Sebelumnya, Survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan pergeseran suara pada kalangan umat Islam pada Pilpres dibandingkan 2014.

Baca juga: Untuk Tingkatkan Elektabilitas di Jabar, Ini PR Kubu Jokowi Menurut Indikator

Pergeseran tersebut tampak pada hasil survei Indikator per Maret 2019 yang menunjukkan tingkat keterpilihan pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin 50,9 persen, sedangkan paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 41,6 persen.

"Ada sedikit perubahan ya. Di exit poll kami di Pilpres 2014, pemilih Muslim yang memilih Pak Jokowi itu 48,6 persen dan yang memilih Prabowo 51,4 persen," ujar Burhanudin di kantor Indikator, Jakarta Pusat, Rabu (3/4/2019).

Hal ini berbeda dari Pilpres 2014, Prabowo lebih unggul dari Jokowi. Namun, di Pilpres 2019, Jokowi diprediksi unggul di kalangan pemilih Islam.

Pasangan nomor urut 01 itu unggul besar di umat Muslim yang berafiliasi dengan organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) dan ormas lain.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Elektabilitas capres dan cawapres menurut 4 lembaga survei

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih Berkat Doa PKS Sahabat Kami

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih Berkat Doa PKS Sahabat Kami

Nasional
Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Nasional
Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Nasional
KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

Nasional
Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Nasional
Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi 'Doorstop' Media...

Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi "Doorstop" Media...

Nasional
Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Nasional
Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Nasional
Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Nasional
Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Syarat Usia Masuk TK, SD, SMP, dan SMA di PPDB 2024

Nasional
Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Jokowi Sebut Semua Negara Takuti 3 Hal, Salah Satunya Harga Minyak

Nasional
Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com