JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria optimistis elite politik dan masyarakat bisa menuntaskan konflik seutuhnya setelah Pemilu 2019 berlangsung.
Riza mencontohkan perilaku calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang sebelumnya juga pernah mengikuti Pilpres 2014.
Prabowo, kata Riza, sering diterpa berbagai ujaran kebencian, fitnah, dan hoaks. Namun, Prabowo mampu melalui hal-hal tersebut.
"Pak Prabowo sudah buktikan, 2014 beliau hadir di MPR memberi hormat dan memberi teladan padahal beberapa hari beberapa minggu sebelumnya itu berita luar biasa hoaks, akan ada kudeta, akan ada chaos segala macem semua, tidak terjadi. Jadi banyak hoaks yang ditujukan kepada beliau tidak terjadi, sampai hari ini," kata Riza di Menara Kompas, Jakarta, Rabu (6/2/2019).
Baca juga: Wiranto: Manfaatkan Pemilu 2019 sebagai Pesta Demokrasi, Bukan Ajang Konflik
Riza menilai Indonesia merupakan negara besar yang sudah memiliki kemampuan cukup dalam menyelesaikan konflik akibat perbedaan pilihan politik.
"Saya meyakini bahwa itu Indonesia sebagai negara besar akan melalui itu dan bisa melalui itu," ujar dia.
Di sisi lain, Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Ahmad Basarah menilai hubungan antar elite politik sangat cair. Tidak ada kawan dan lawan politik yang abadi.
Ia mencontohkan, politisi Gerindra Fadli Zon yang dulu mendukung pasangan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama. Kini, kata Basarah, Fadli Zon berlawanan sikap dengan Jokowi.
"Dulu waktu pilpres Golkar bersama Pak Prabowo dan Pak Hatta Rajasa, kemudian setelah selesai pilpres, Golkar bergabung Pak Jokowi," kata dia.
Baca juga: OSO Minta Tiga Hal Ini untuk Menangkan Hanura dalam Pemilu 2019
Basarah menekankan, penuntasan konflik pascapemilu harus ditunjukkan terlebih dulu oleh para elite politiknya. Ia juga mengingatkan, agar para elite tak gegabah dalam bersikap dan memberikan pernyataan.
"Jangan sampai konflik elite politik yang sebenarnya hanya tampak pada tampang panggungnya itu, di bawah, diterjemahkan berbeda oleh rakyat yang kemudian recovery di tengah rakyat itu semakin sulit. Diperlukan kedewasaan elite untuk tak menyebarkan sensasi-sensasi," pungkasnya.