Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hoaks Dianggap Dampak dari Kebebasan yang Kebablasan

Kompas.com - 04/02/2019, 16:07 WIB
Christoforus Ristianto,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kabar bohong atau hoaks dinilai menjadi fenomena yang terjadi karena dampak negatif dari era kebebasan berpendapat dan kemutakhiran teknologi. Masifnya hoaks dianggap sebagai sebuah kebebasan yang kebablasan.

"Hoaks muncul karena kebebasan yang dimiliki masyarakat digunakan secara kebablasan," kata pengamat sosial Univesitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati dalam seminar "Milenial Anti Hoaks" di Vokasi UI, Depok, Jawa Barat, Senin (4/2/2019).

Masyarakat Indonesia, lanjut Devie, banyak menyebarkan hoaks karena ingin dianggap terkenal di media sosial.

Menurutnya, keterkenalan di media sosial dinilai penting bagi sebagian masyarakat untuk mendapatkan perhatian. Namun, pencarian publisitas itu menjadi salah jika cara yang dilakukan adalah dengan menyebarkan hoaks.

Baca juga: Tangkal Hoaks, Polri Sebut Sudah Kunjungi 75 Universitas

Seminar Milenial Anti Hoaks di Vokasi UI, Depok, Jawa Barat, Senin (4/2/2019). CHRISTOFORUS RISTIANTO/KOMPAS.com Seminar Milenial Anti Hoaks di Vokasi UI, Depok, Jawa Barat, Senin (4/2/2019).
"Orang-orang yang menyebarkan hoaks niat karena selama ini tidak terkenal di dunia media sosial. Kemudian, dengan menyebarkan hoaks dan viral, ya dia jadi bangga dengan kebebasan yang dilakukan secara kebablasan tersebut," ungkapnya kemudian.

Pengamat media sosial Iwan Setyawan menambahkan, masyarakat memilih membuat atau menyebarkan hoaks karena fenomena itu dianggap menarik dan menciptakan dramatisasi di media sosial.

Baca juga: Menjadi Pemilih Pemula, Milenial Harus Diedukasi untuk Menangkal Hoaks

"Hoaks itu selaku seksi, full of drama. Kenapa bisa menyebar secara banyak karena momennya selalu mengagetkan," imbuh Iwan.

Namun, seperti diungkapkan Iwan, kebabasan dalam praktiknya saat ini masih dilakukan secara kebablasan. Hal itu diperparah lantaran tidak adanya sikap kritis masyarakat terhadap informasi yang beredar di media sosial.

"Masyarakat tuh jarang banget untuk menanyakan kebenaran dari sebuah peristiwa atau informasi. Sikap kritis itu penting banget," tegasnya.

Kompas TV Calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, menanggapi ucapan capres nomor urut 01, Joko Widodo tentang adanya kampanye dengan cara propaganda ala Rusia. Menurut Sandiaga, apa yang diucapkan Jokowi sebaiknya menjadi masukan untuk kedua pasang calon yang berkompetisi di Pilpres 2019. Sandi menambahkan, dirinya dan Prabowo Subianto memang tengah melemparkan propaganda dalam kampanye. Namun bukan propaganda ala Rusia, melainkan proganda ekonomi.<br /> <br /> Sebelumnya, di hadapan pendukungnya di Surabaya, Jawa Timur, Joko Widodo menyatakan ada tim sukses yang menyiapkan propaganda ala Rusia. Ia mengatakan banyak berita bohong atau hoaks jelang pemilihan presiden pada April mendatang. Jokowi beranggapan banyaknya hoaks dan fitnah ini lantaran ada upaya adu domba yang disiapkan oleh tim sukses. Meski demikian, Joko Widodo tak mengungkap secara jelas tim sukses yang dimaksud.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com