Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Kasak-kusuk soal Indonesia Barokah

Kompas.com - 28/01/2019, 08:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Pers yang menuruti perintah kelompok

Sesungguhnya sangat mudah untuk melihat apakah suatu karya merupakan produk jurnalistik atau tidak. Kunci pertama adalah apakah karya itu memuat prosedur cek dan ricek dari isu yang ditampilkan.

Dalam buku The Uncertain Guardian (Sparrow, 1999) disebutkan pers berdiri atas isu yang harus diklarifikasi. Ia menjadi institusi yang menguji apakah suatu isu benar atau tidak. Titik pijaknya adalah nurani.

Jika berhasil maka lembaga pers sukses memainkan perannya sebagai penjaga (guard dog) Sebaliknya, jika bergerak bukan berdasarkan hati nurani tapi perintah institusi atas dasar kepentingan kelompok atau golongan (orderd news) maka ia menjadi lembaga yang tidak bisa diandalkan dan menjelma menjadi institusi yang tak mampu menjadi penjaga publiknya (lap dog). 

Kunci verifikasi dilakukan dengan rigid dan detail. Pers harus menimbang apakah sebuah isu berkembang tanpa dasar fakta alias hanya berupa rumor belaka? Tak layak media massa mengangkat rumor tanpa fakta. Inilah yang membedakan media arus utama (mainstream media) dan media sosial.

Sebaliknya, jika berdasarkan penelusuran (cek dan cek) ternyata didapatkan fakta bahwa rumor itu adalah benar maka isu itu dapat dipandang memiliki nilai berita dan layak untuk diangkat. Meskipun rumor itu mengandung kenyataan pahit tentang calon tertentu, itu adalah karya jurnalistik.

Lalu, langkah kedua yang tak boleh dilewati adalah memberikan hak bagi pihak "tertuduh" untuk menjelaskan hal yang dimaksud (cover both-sides) sebagai bagian dari verifikasi.

Dari dua langkah ini, sesungguhnya sudah bisa ditarik kesimpulan apakah isi dari media dimaksud merupakan produk jurnalistik atau bukan.

Ada juga prasyarat lain. Kita mesti menengok Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Undang-undang mengatur, sebuah perusahaan pers harus menjelaskan identitasnya secara terang benderang: disebut dengan jelas siapa penanggung jawabnya, alamat kantor, dan siapa saja wartawan yang berada di balik berita-berita yang diterbitkan.

Lepas dari persoalan ini, ada kesamaan antara Obor Rakyat dan Indonesia Barokah. Dua tabloid  di dua periode pilpres ini disebar di lokasi yang sama: masjid dan pesantren.

Mengapa dua tempat itu yang disasar? Pertanyaan menarik.

Swing voters

Berikut catatan saya. Sejak Pilpres 2014, pemilih Islam menjadi pemilih yang disasar oleh kedua pasangan calon. Isu-isu terkait pemilih Islam juga selalu muncul secara jelas dalam kontestasi politik jelang pemilihan di dua periode tersebut.

Meski Obor Rakyat menolak dikaitkan dengan pasangan calon tertentu, tetapi arah isi dari Obor Rakyat jelas hendak membalikkan pemilih dari Jokowi ke Prabowo.

Sebaliknya juga yang terjadi pada Indonesia Barokah. Meski belum tampak siapa yang berada di balik Indonesia Barokah, secara tersirat kontennya memiliki kecenderungan untuk membalikkan pilihan dari Prabowo ke Jokowi.

Fenomena swing voters bisa menjawabnya.

Hasil penelitian Litbang Kompas (Oktober 2018), swing voters alias pemilih yang masih bimbang menentukan pilihan masih berjumlah 30 persen.

Jika ditambahkan dengan undecided voters alias calon pemilih yang belum menentukan pilihan (sebesar 14,2 persen), maka jumlah total orang yang bisa beralih pilihan dari Capres 01 ke 02 dan sebaliknya adalah 44 persen lebih.

Angka yang luar biasa dan dapat menentukan pemenang Pilpres 2019.  Baik pada Pilpres 2014 maupun 2019 pemilih Islam yang jumlahnya mayoritas menjadi penentu kemenangan. Perebutan pemilih Islam yang berawal di Pemilu 2014 tampaknya terus berlanjut hingga 2019.

Pertanyaannya, apakah kampanye hitam yang bergentayangan ini berpengaruh dalam merebut swing voters?

Di sini berlaku adagium, informasi yang terus dihembuskan akan memunculkan keyakinan orang akan informasi tersebut. Sayangnya, keyakinan ini membentuk kesadaran palsu pada rasionalitas masyarakat.

Logika masyarakat menjadi kacau. Daya kritis hilang. Ego kelompok menjadi besar. Kondisi ini sungguh rentan. Perpecahan antar-kelompok terjadi.

Apakah ini yang diinginkan oleh pemenang Pilpres?

Saya Aiman Witjaksono
Salam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Nasional
“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com