Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Sampaikan Dukacita Atas Musibah Tsunami di Banten dan Lampung

Kompas.com - 23/12/2018, 12:38 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menyampaikan duka citanya terhadap peristiwa bencana alam tsunami yang melanda pesisir Banten dan Lampung.

“Saya ingin menyampaikan dukacita yang mendalam kepada korban,” ujar Presiden di sela kunjungan kerjanya di Tana Toraja, Sulawesi Tengah, Minggu (23/12/2018).

Baca juga: Update BNPB: Tsunami di Banten, 430 Rumah dan 9 Hotel Rusak Berat

“Semoga bagi keluarga yang ditinggalkan mendapatkan kesabaran,” lanjut dia.

Sejak Minggu dini hari, Presiden sudah mendapatkan laporan mengenai jumlah korban, baik yang meninggal dunia atau yang mengalami luka-luka.

Semenjak pertama laporan masuk hingga Minggu siang ini, Jokowi mengakui, ada penambahan korban jiwa dan korban luka-luka.

“Memang datanya ini masih dalam proses berkembang. Sehingga kita tunggu saja nanti laporan dari Banten,” lanjut dia.

Baca juga: Mobil Bukan Tempat yang Aman untulk Berlindung dari Terjangan Tsunami

Presiden sudah memerintahkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Menteri Sosial dan Panglima TNI untuk terjun langsung ke lapangan meninjau kondisi sebenarnya.

Presiden berharap proses tanggap darurat dapat segera dilaksanakan dengan tepat.

“Intinya, kita ingin agar tanggap darurat ini dikerjakan di lapangan dengan cepat dan sebaik-baiknya,” ujar Jokowi.

Kompas TV Muhammad Sadly Deputi Bidang Geofisika menjelaskan berdasarkan data BMKG tsunami termonitor terjadi di Serang di Pantai Jambu tercatat tsunami terjadi pada pukul 21.27WIB dengan ketinggian 0,9 meter. Kemudian di Banten di Pelabuhan Ciwandan terjadi pada pukul 21,03 WIB dengan ketinggian 0,35 meter, di Kota Agung, Bandar Lampung pada 21.31 dengan ketinggian 0,26 meter, dan Pelabuhan Panjang, Lampung pada 21.53 WIB dengan ketinggian 0,28 meter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com