Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPU Perkuat Keamanan IT Pemilu untuk Bantah Hoaks Manipulasi Hasil hingga "Hacker"

Kompas.com - 06/12/2018, 13:28 WIB
Christoforus Ristianto,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) terus meningkatkan keamanan siber dalam Pemilu 2019. Salah satunya adalah dengan peningkatan Teknologi Informasi (TI) KPU.

"Beberapa minggu terakhir masih ada pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat soal manipulasi sistem informasi KPU pada Pemilu 2014 yang lalu. Ada yang bilang siapa yang menguasai TI KPU, dia yang akan memenangkan pemilu. Kemudian ada juga isu masalah peretasan. Tiga kondisi ini yang kami akui secara sadar dan serius untuk diluruskan," kata Komisioner KPU Viryan Aziz dalam diskusi publik bertajuk "Tantangan Keamanan Siber dalam Pemilu 2019" di Hotel The Akmani, Jakarta, Kamis (6/12/2018).

Mengenai tiga pertanyaan tersebut, tutur Viryan, hal itu menjadi evaluasi bagi KPU guna meluruskan seluruh informasi yang efektif ditangkap oleh masyarakat.

"Kami dituntut untuk memberikan informasi yang efektif dan kemudian hoaks akan terbantahkan dengan sendirinya," ucapnya.

Baca juga: KPU Temukan 6,2 Juta Data Pemilih Belum Masuk DPT Pemilu 2019

Viryan menyadari, isu-isu tersebut menjadi fenomena yang berkembang di masyarakat pada era "post truth". Jadi, masyarakat lebih percaya pada subjektifitas dibandingkan dengan objektifitas.

"Di Pemilu negara lain kondisinya juga relatif sama," paparnya.

Untuk itu, KPU terus membenah diri, terutama dalam sistem keamanan menjelang pemilu serentak 2019. Viryan menjelaskan, ada beberapa hal yang akan KPU lakukan, di antaranya yaitu mempercepat master plan TI KPU yang disebut Akselerasi Penguatan TI KPU (APIK) yang sudah berjalan akhir Juni 2018.

"Selain itu, KPU juga wajib memberikan informasi terbaik dengan mengoptimalkan aplikasi KPU RI. Di situ, masyarakat dengan mudah mengecek data pribadinya. Intinya, KPU membuka diri seoptimal mungkin dengan menjamin perlindungan hak pilih terhadap warga negara dan daftar pemilih tidak dimanipulasi," tuturnya.

Baca juga: KPU Dorong Peserta Pemilu Perbanyak Temui Konstituen Selama Kampanye

Lebih jauh, Viryan mengungkapkan KPU akan mengembangkan bank data melalui aplikasi yang kemudian bisa memetakan jumlah pemilih di seluruh wilayah di Indonesia. Sebab, dari pemilu tahun 2004, salah satu celah yang kosong dalam pemilu adalah evaluasi soal data pemilih.

"Pengembangan yang akan kami lakukan adalah _pilot project_ di setiap TPS yang di mana ketua TPS setempat mendata siapa saja masyarakat di wilayahnya yang menggunakan hak suara dan yang tidak. Namun ini masih pengembangan, belum ada keputusan," imbuhnya kemudian.

"Sehingga, pasca pemilu, dimungkinkan KPU ataupun para pihak terkait melakukan evaluasi bukan hanya teknis penyelenggaraan semata, namun juga terkait dengan perilaku pemilih secara detail," sambungnya.

Selain itu, seperti diungkapkan Viryan, KPU juga bekerja sama dengan lembaga terkait membentuk gugus tugas keamanan TI pemilu dengan pemain-pemain kunci TI di Indonesia.

"Kami sudah bertemu empat kali dengan lembaga terkait karena ini kita bicara tentang kepentingan nasional," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com