Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi-Ma'ruf Tak Berdampak ke Elektoral Golkar, Ini Kata Airlangga

Kompas.com - 23/10/2018, 19:04 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto tidak mempersoalkan partainya tidak mendapatkan coattail effect atau efek ekor jas dari sosok calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Pasangan tersebut diusung Partai Golkar pada Pilpres 2019.

Airlangga mengatakan, partainya mempunyai strategi sendiri dalam memenangkan pemilihan anggota legislatif 2019.

"Tentunya Golkar kan sudah memiliki strategi sendiri untuk pemilu legislatif. Karena kekuatan Golkar kan di jaringan. Jadi, nanti dengan jaringan kami bergerak, situasinya akan berbeda," ujar Airlangga saat dijumpai di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (23/10/2018).

Baca juga: Airlangga Hartarto Klaim Partai Golkar Paling Demokratis

Airlangga juga menegaskan, kemenangan Golkar dalam pileg tidak hanya bergantung kepada sosok capres dan cawapres yang diusung, melainkan kolaborasi antara jaringan Golkar di akar rumput dan DPP.

Airlangga yang menjabat sebagai Menteri Perindustrian itu menjelaskan, jaringan partai di akar rumput dan DPP sudah membagi tugas dan peran dalam memenangkan pileg 2019.

"DPP akan bekerja di atas, mengkampanyekan partai dalam bentuk media massa, media cetak dan logistik. Sementara jaringan di bawah bekerja di voters daerah masing-masing. Sekarang Golkar sedang membentuk Bapilu di setiap daerah. Inilah yang harus dimaksimalkan," lanjut Airlangga.

Diberitakan, PDI Perjuangan dan Gerindra paling diuntungkan secara elektoral dalam Pemilu 2019.

Survei Litbang Kompas, 24 September hingga 5 Oktober 2018 menunjukkan bahwa kedua partai itu kuat diasosiasikan dengan sosok calon presiden dan wakil presiden yang diusung sehingga otomatis elektoral kedua partai itu ikut meningkat.

Baca juga: Jokowi Vs Prabowo di Pemilu 2019, PDI-P dan Gerindra Paling Untung Secara Elektoral

"Dari kubu Joko Widodo dan Ma'ruf Amin, PDI-P menjadi parpol yang mengalami efek ekor jas ini," ujar peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu, sebagaimana dikutip dari harian Kompas, Selasa (23/10/2018).

Sebaliknya, pada pasangan Prabowo-Sandiaga, efek ekor jas lebih terjadi pada Gerindra sebagai partai politik yang selama ini sangat diidentikkan dengan sosok Prabowo.

Kompas TV Ia diperiksa sebagai saksi untuk tersangka mantan Menteri Sosial yang juga sesama politisi Partai Golkar Idrus Marham.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com