JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Ikatan Alumni (Iluni) Sejarah Universitas Indonesia Patria Gintings mengingatkan elite politik di Indonesia untuk menjaga perilakunya di media sosial.
Sebab, kata Patria, segala hal yang disampaikan oleh politisi di media sosial akan terekam dan menjadi arsip sejarah pada masa mendatang.
“Apa yang kita ‘posting’ sekarang turut menentukan, apakah masa-masa sekarang nantinya akan dianggap sebagai contoh peradaban yang baik atau bukan,” kata Patria dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/10/2018).
Patria menjelaskan, jejak peradaban kuno dunia ribuan tahun lalu bisa diketahui saat ini dari hasil penelusuran lewat medium prasasti, lembar lontar hingga piramida.
Begitu pun di Indonesia. Bangsa Indonesia, lanjut Patria, dapat mempelajari rekam jejak tokoh-tokoh seperti Kartini dan Soe Hok Gie lewat catatan harian yang ditulis di buku.
Namun, kata Patria, generasi muda 30-50 tahun mendatang akan mempelajari sejarah yang sumbernya digital.
Baca juga: Cak Nun: Harus Ada Demokratisasi Media Sosial
Sebab, banyak orang gemar menyampaikan banyak hal di media sosial. Berdasarkan penelitian media sosial We Are Social & Hootsuite tahun 2018, pengguna aktif media sosial di Indonesia mencapai 130 juta.
“Oleh karena itu, Iluni Sejarah UI mengingatkan kita semua untuk menjaga perilaku saat sedang menggunakan medsos. Karena apa yang kita posting sekarang di akun medsos masing-masing, akan menjadi cerminan peradaban kita," kata dia.
"Kita tentu tidak ingin peradaban digital Indonesia didominasi pembahasannya dengan soal-soal receh, soal hoaks, atau soal marah-marah saja,” tambahnya.