JAKARTA, KOMPAS.com — Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan yang juga Sekretaris Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Hasto Kristiyanto, menilai, pembatalan kenaikan harga BBM bersubsidi jenis premium karena Presiden Jokowi mendengarkan aspirasi masyarakat.
Menurut dia, kenaikan harga premium berpengaruh terhadap hajat hidup orang banyak sehingga keputusan pembatalan sudah tepat.
Ia tak mempermasalahkan jika harga yang dinaikkan harga bahan bakar minyak non-subsidi karena dipengaruhi mekanisme pasar.
Selain itu, menurut dia, BBM nonsubsidi seperti pertamax menjadi konsumsi masyarakat kelas menengah ke atas.
Meski demikian, ia menyadari terjadi dinamika di masyarakat dalam penetapan harga BBM jenis premium yang awalnya direncanakan naik.
Namun, kata Hasto, yang terpenting adalah keputusan akhir.
"Politik itu dilihat dari keputusan akhir. Bahwa ada dinamika di dalam penetapan harga BBM, itu merupakan hal yang wajar. Keputusan pembatalan harga premium itu menunjukkan bahwa terkait hal strategis, role-nya memang di Presiden," kata Hasto, Kamis (11/1/0/2018).
Sebelumnya diberitakan, pemerintah batal menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada Rabu (10/10/2018) sore ini.
Keputusan ini diambil setelah mendapatkan arahan langsung dari Presiden Joko Widodo.
"Iya ditunda, sesuai arahan Pak Presiden (Jokowi) kita evaluasi lagi kenaikan tersebut," ujar Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi saat dihubungi Kompas.com, Rabu sore.
Agung belum bisa memastikan kapan kenaikan harga BBM tersebut akan dilakukan. "Kita masih menunggu Pertamina melakukan persiapan, jadi kita evaluasi lagi," kata Agung.
Padahal, sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan, pemerintah menyesuaikan harga BBM jenis premium mulai hari ini dari pukul 18.00 WIB.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) juga telah mengumumkan kenaikan harga BBM jenis pertamax dan dex series serta biosolar non-PSO yang berlaku hari ini sejak pukul 11.00 WIB.
"Untuk Jamali (Jawa, Madura, dan Bali) harga per liter jadi Rp 7.000. Sementara di luar Jamali jadi Rp 6.900," kata Jonan saat ditemui di Sofitel Hotel, Nusa Dua, Rabu (10/10/2018).
.
.
.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.