Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NIROM, Radio Era Hindia-Belanda yang Menguasai Jawa...

Kompas.com - 11/09/2018, 18:27 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketika pertama kali mendengar kata "radio", sebagian orang pasti berasumsi kalau perangkat komunikasi itu sudah ketinggalan zaman. Asumsi yang wajar, sebab masyarakat saat ini cenderung menggunakan internet untuk mendapatkan informasi yang cepat.

Namun, kini radio telah berubah. Tak hanya disiarkan melalui "pesawat radio", pendengar bisa mengaksesnya melalui aplikasi berbasis internet di smartphone. Perkembangan ini bisa menjadikan radio lebih fleksibel di masa yang menuntut perkembangan teknologi.

Hari Radio Nasional pun seolah mengingatkan masyarakat akan pentingnya radio. Diperingati setiap 11 September, Hari Radio Nasional ditandai dengan berdirinya Radio Republik Indonesia pada 73 tahun lalu.

Tak hanya bersifat memberikan informasi, RRI kini juga memberikan program hiburan yang meliputi kebudayaan, perkembangan kota/desa dan juga saluran khusus luar negeri.

Jika kita sejenak menoleh ke belakang betapa panjangnya perjalanan industri radio di Indonesia.

Baca juga: Hari Radio Nasional, Berawal dari Lahirnya Radio Republik Indonesia

Terdapat salah satu radio yang ketika itu eksistensinya begitu besar. Radio itu bernama Nederlandsch Indische Radio Omroep Masstchapyj (NIROM).

Dilansir dari situs RRI, radio ini berdiri untuk menangani pemancaran siaran ke seluruh Jawa dan beberapa tahun berikutnya adalah seluruh Hindia Belanda. Pada 1934, NIROM baru mulai memancarkan siarannya.

Pemerintah Hindia Belanda selain mendirikan NIROM juga meresmikan "Radiowet" atau dikenal dengan Undang-Undang Radio untuk membatasi dan mengontrol siaran radio-radio yang ada.

Kerja sama

Ketika memulai debutnya, radio ini menggunakan siaran dalam bahasa Belanda. Namun, memasuki era 1935, penggunaan bahasa daerah juga digunakan untuk menyeimbangkan dengan pendengar di Indonesia.

Berawal dari Jakarta, eksistensi NIROM menjalar ke berbagai kota di daerah, seperti Bandung dan Medan. Perkembangannya yang cukup baik menyebabkan NIROM tumbuh bebas, apalagi ketika itu terdapat "pajak radio" bagi pihak yang mendengarkannya.

Pada masa itu, saluran khusus antara Batavia, Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Solo, Yogykarta, Magelang, Surabaya, Tangerang, Depok, Bekasi, Malang berjumlah 1,2 juta meter saluran yang bisa memberi modulasi kepada pemancar kota itu.

Hasilnya, NIROM dapat mengadakan siaran sentral dari Semarang, Bandung, Surabaya, Yogyakarta ataupun Solo.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: BKR Laut Dibentuk, Cikal Bakal TNI AL

NIROM bisa mengembangkan dan meningkatkan pancarannya dengan stasiun relay di kota-kota besar. Selain itu, Pemerintah Hindia Belanda juga memberikan kucuran dana untuk pengembangan radio ini.

Munculnya perkumpulan stasiun radio di kalangan bangsa Indonesia disebabkan pada kenyataannya, NIROM mendapat prioritas lebih dari Pemerintah Hindia Belanda.

Secara tak langsung, NIROM merupakan perusahaan yang mencari keuntungan finansial dan membantu kukuhnya penjajahan di Hindia-Belanda.

Pada 29 Maret 1937, perwakilan radio-radio swasta di berbagai daerah mengadakan pertemuan karena sebelumnya mendapatkan kabar kalau NIROM tidak akan me-relay stasiun radio milik kalangan bumiputra. Hasilnya terbentuklah Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK).

PPRK ini akhirnya berkoalisi dengan NIROM untuk mengadakan siaran. Salah satunya PPRK menyelenggarakan siaran ketimuran sedangkan NIROM segi tekniknya.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan pada Perang Dunia 2 menyebabkan status Belanda di Indonesia menggantung. Jepang yang mendominasi Pasifik bisa menduduki Indonesia.

Otomatis, siaran radio NIROM mati dan diusurs jawatan khusus Jepang, Hoso Kanri Kyoku. Berawal dai situlah, nantinya RRI akan terbentuk pada 11 September 1945.

Kompas TV Pembinaan di Lapas Cibinong dilakukan untuk melatih kemampuan warga binaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com