JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy, beberapa waktu lalu, mengungkap 10 nama yang sedang dipertimbangkan Presiden Joko Widodo untuk menjadi calon wakil presidennya pada Pemilihan Presiden 2019 mendatang.
Dari kalangan politisi, ada nama Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, dan Romahurmuziy.
Selain itu, juga ada nama yang berasal dari kalangan ulama, yakni Rais 'Aam PBNU yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin dan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.
Dari kalangan teknokrat, ada nama Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Sementara dari kalangan akademisi ada nama Mahfud MD dan dari kalangan purnawirawan TNI ada nama Jenderal (Purn) Moeldoko. Adapun ada nama Chairul Tanjung dari kalangan pengusaha.
Kata Susi hingga Airlangga
Pernyataan Romi mendapatkan komentar beragam dari beberapa nama yang ia sebutkan.
Baca juga: Golkar Pasrah Jika JK Jadi Cawapres Jokowi Lagi
Menteri Susi, misalnya. Ditemui di Istana Presiden Bogor, Rabu (18/7/2018), Susi mengaku tidak menanggapi serius pernyataan Romi itu.
Saat ditanya apakah Susi pernah diajak komunikasi oleh Presiden Jokowi atau partai poilitik soal cawapres, ia membantahnya. Selama ini, komunikasinya ke Presiden Jokowi selalu berhubungan dengan tugasnya sebagai menteri KKP.
Jika Menteri Susi masih merespons pernyataan Romi dengan kelakar, lain halnya dengan Sri Mulyani.
Ketika dijumpai di Istana Presiden Bogor, Rabu siang, Sri tampak tak tertarik untuk menjawab pertanyaan seputar itu.
Usai sekitar 10 menit menjelaskan finalisasi Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja untuk tahun 2019, para wartawan bertanya mengenai nama Sri yang disebut menjadi satu dari 10 yang berpotensi menjadi cawapres Jokowi.
Baca juga: PDI-P Sebut Megawati Tak Intervensi Penentuan Cawapres Jokowi
Sri Mulyani menjawab, "Silakan bicara dengan asumsi yang lain. Sudah ya." Ia pun kemudian melengos pergi.
Airlangga yang diwawancarai di tempat yang sama menjawab diplomatis. Meskipun Partai Golkar, partai politik yang dipimpinnya bulat mengajukan dirinya sebagai cawapres Jokowi di 2019, ia tetap menyerahkan keputusan akhir kepada Jokowi sendiri.