Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKS Sebut Kecil Kemungkinan Pecah Kongsi dengan Gerindra

Kompas.com - 11/07/2018, 17:45 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyatakan kecil kemungkinan partainya pecah kongsi dengan Gerindra di Pilpres 2019

Hal itu disampaikan Mardani menanggapi pernyataan anggota Majelis Syuro PKS Tifatul Sembiring yang memunculkan opsi pecah kongsi jika kader PKS tak jadi cawapres pendamping Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.

"Opsinya kecil karena kami ini berhubungan tidak sekarang saja, dari sebelum 2014 Pak Prabowo tahu yang suara tinggi Prabowo-Hatta itu basis-basis PKS. Beliau juga tahu bagaimana partai dan kader PKS bekerja luar biasa sehingga hubungan kami akan ditata secara langgeng," kata Mardani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (11/7/2018).

Baca juga: Memprediksi Peta Politik Pilpres jika Gerindra dan PKS Pecah Kongsi

Ia mengatakan PKS dan Gerindra sama-sama merasa nyaman dengan kerja sama yang selama ini telah dibangun.

Mardani menambahkan, PKS juga kagum dengan upaya Gerindra menjaring pemilih nasionalis dengan berbagai sayap partai yang dimilikinya.

"Kami saling menghargai. Pak Prabowo kagum dengan kaderisasinya PKS. PKS kagum dengan kemampuan Gerindra merangkul kaum abangan, nasionalis. Kelompok-kelompok agama lain. Di Gerindra sayap-sayapnya ya, sayap pemuda, sayap perempuan, agama kristen," papar dia.

Ia menyadari PKS diamanahkan oleh Majelis Syuro untuk meloloskan salah satu dari sembilan kadernya untuk menjadi cawapres pendamping Prabowo.

Baca juga: Beda Sikap soal Capres, Koalisi Gerindra-PKS Bisa Pecah

Di sisi lain, muncul nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai pendamping Prabowo.

Namun, Mardani tak khawatir dengan hal tersebut. Ia meyakini masalah tersebut bisa diselesaikan dengan musyawarah dan PKS tetap mendapat posisi cawapres.

"Kami tidak berpikir (kader PKS) tidak diakomodasi (sebagai cawapres). Pikiran kami, karena kami kan punya jalur komunikasi sendiri," ucap Mardani

"Kami saling nyaman. Di Jawa Tengah kami bersama dengan figurnya Mas Dirman (Sudirman Said). Awalnya kami bersama dengan Demiz (Deddy Mizwar). Tapi ketika Gerindra mengajukan Kang Ajat (Sudrajat) kami terima. Enggak ada masalah," lanjut Mardani.

Baca juga: Presiden PKS: Kalau Ada Isu PKS Setuju AHY, Itu Hanya dalam Mimpi

Tifatul sebelumnya menyatakan partainya lebih memilih pecah kongsi dengan Partai Gerindra jika kadernya tak ada yang dipilih menjadi calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto.

Ia mengatakan, saat ini memang banyak partai yang menghendaki kadernya menjadi cawapres pendamping Ketua Umum Gerindra itu.

Di antaranya ialah PAN yang menyodorkan Ketua Umum Zulkifli Hasan dan Demokrat yang mengusulkan Agus Harimurti Yudhoyono.

"Itu enggak bisa ditawar. Cawapres harus dari PKS. Kami enggak mau jadi penggembira saja dalam pilpres ini. Kalau kami disuruh dukung-dukung saja, mungkin enggak? Mungkin kami lebih baik jalan masing-masing saja," kata Tifatul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (10/7/2018).

Kompas TV Jika Gerindra mengajukan nama lain sebagai capres, PKS tetap ingin cawapresnya dari kader mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com