TANGERANG, KOMPAS.com - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengungkapkan bom yang meledak di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, awalnya hendak digunakan untuk aksi serangan teror pada saat Pilkada 2018.
"Bom ini tadinya, rencananya digunakan untuk menyerang TPS-TPS pada saat Pilkada," kata Tito Indonesia Convention Exhibition (ICE), Tangerang, Banten, Jumat (5/7/2018).
Namun, pelaku ragu-ragu setelah Polri gencar memburu dan menangkap 138 orang terduga teroris pasca-bom Surabaya, serangan tersebut pun akhirnya batal dilakukan.
Baca juga: Terduga Pemilik Bom di Bangil Diduga Pengikut JAD Pasuruan
"Pengejaran-pengejaran membuat kelompok-kelompok ini menjadi ragu-ragu untuk melakukan serangan, enggak jadi," terang dia.
Batal digunakan untuk aksi serangan teror, bom tersebut ternyata meledak sendiri karena dibuat mainan oleh anak terduga pemilik bom tersebut.
"Meledaknya bom ini karena sedang dimain-mainkan oleh anaknya. Anaknya masih kecil, balita," kata Tito.
Karenanya, Tito menegaskan, meledaknya bom tersebut bukan serangan teror.
"Serangan teror bom dibawa menuju target, ini enggak, bom lagi di rumah sendiri, dimainin anak meledak. Dipikir bola atau apa, meledak anak jadi korban," ujar dia.
Baca juga: Kisah Kapolsek Bangil Dikejar Pelaku hingga Dilempar Tas Berisi Bom yang Kemudian Meledak
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung Mangera menegaskan ledakan yang terjadi di sebuah rumah kontrakan di Jalan Pepaya RT 007/RW 001 Pogar Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (5/7/2018), berasal dari bom.
Akibat ledakan tersebut, seorang anak berusia 6 tahun yang diduga anak dari pemilik bom itu terluka dirawat di rumah sakit.