JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berharap, tidak ada lagi sekolah tinggi di Indonesia yang dijadikan 'rumah' bagi pelaku teror seperti yang terjadi di Universitas Riau.
"Saya berharap, mudah-mudahan kejadian seperti itu cukup hanya di kampus itu (Unri) saja. Bukan gejala umum yang terjadi juga di kampus lain," ujar Lukman saat dijumpai di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (5/6/2018).
Oleh sebab itu, Lukman berharap, agar Polri meneliti betul kasus tersebut. Dengan demikian, didapat pola bagaimana terduga teroris bisa masuk ke kawasan universitas, menyebarkan ideologi radikal hingga mempersiapkan serangan dari dalam kampus.
"Kita tunggu saja pengusutan aparat penegak hukum kita," lanjut Lukman.
Baca juga: Kapolri: Kelompok Terorisme Anggap Ramadhan Bulan Baik untuk Beraksi
Lukman menegaskan, kebebasan akademik bukan berorientasi pada ideologi terorisme serta radikalisme.
"Jadi kebebasan akademik itu jangan sampai dinodai atau dicemari dengan aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan radikalisme, apalagi terorisme," ujar Lukman.
"Kebebasan akademik harus tetap dijaga karena itu adalah mahkota kampus itu sendiri. Tapi, jangan kebebasan yang tanpa batas lalu kemudian melakukan aktivitas yang justru bertentangan dengan esensi keberadaan universitas itu sendiri yang harus menerapkan fungsi Tri Dharma perguruan tingginya," lanjut dia.
Baca juga: Fadli Zon: Penangkapan Terduga Teroris di Universitas Riau Coreng Dunia Akademik
Rektor, dosen dan pimpinan himpunan mahasiswa, menurut Lukman, berkewajiban menjaga kawasan universitas dari paparan ideologi terorisme dan radikalisme.
Densus 88 Antiteror Polri meringkus terduga teroris berinisial MNZ (33) di dalam area Universitas Riau, dekat Gedung Fisipol, Kampar Riau.
Diamankan barang bukti berupa dua bom pipa besi, bahan peledak jenis TATP siap pakai, bahan peledak lain, yakni pupuk KN03, sulfur, gula dan arang.
Baca juga: 3 Terduga Teroris di Universitas Riau Berencana Ledakkan Bom di Kantor DPRD dan DPR RI
Selain itu, tim Densus 88 juga menemukan dua busur panah dan delapan anak panah. Ada pula satu pucuk senapan angin dan satu buah granat tangan rakitan.
Penangkapan MNZ merupakan pengembangan atas keterangan dua orang terduga teroris yang diringkus sebelumnya, yakni berinisial RB alias D dan OS alias K.
Keduanya juga merupakan mantan mahasiswa di univesitas yang sama dengan pelaku.
MNZ memiliki kemampuan untuk merakit bom TATP. Ia juga membagi keahliannya tersebut di tautan grup media sosial Telegram.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.