JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyebut, anak dari terduga pelaku aksi teror di Polrestabes Surabaya, Jawa Timur, adalah korban.
Menurut Muhadjir, anak perempuan berusia 8 tahun berinisial Ais itu merupakan korban doktrinisasi orangtua.
"Didoktrinisasi dari orang tua, kemudian mereka yang jadi korban dari kelakuan tidak baik orangtuanya. Karena itulah kita tidak menempatkan dia sebagai pelaku," kata Muhadjir di Kantor Wakil Presiden RI, Jakarta, Rabu (16/5/2018).
Baca juga: Kak Seto: Jangan Sebut Anak yang Dilibatkan Aksi Teroris sebagai Pelaku
Oleh sebab itu, Muhadjir meminta masyarakat tak menghakimi Ais sebagai bagian dari aksi teror.
"Dia punya teman-teman. Kalau sampai kemudian nanti menciptakan traumatis kepada teman-teman sejawatnya itu risikonya terlalu berat. Jadi tolonglah tahan diri," kata dia.
Kata Muhadjir, saat ini pihaknya terus memantau perkembangan kesehatan Ais pasca-peristiwa bom bunuh diri tersebut.
"Kita lihatlah. Kita juga belum tahu. Biar sembuh dulu," ujar mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang tersebut.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan bahwa pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya, Senin (14/5/2018), berjumlah lima orang dan merupakan satu keluarga.
Mereka terdiri dari bapak, ibu dan tiga anak yang naik dua sepeda motor berboncengan. Empat orang tewas dalam peristiwa ini, sedangkan sang anak yang berusia 8 tahun selamat setelah terlempar saat ledakan terjadi.
"Empat orang meninggal, anak tadi terlempar dan masih selamat," tutur Tito dalam konferensi pers dengan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Machfud Arifin di Mapolda Jatim, Senin siang.
Sementara itu, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Sutanto juga mengatakan, anak perempuan terduga teroris tersebut masih mengalami trauma psikologi pasca-ledakan bom.
Baca juga: Pemerintah Jamin Pendidikan Anak Terduga Teroris Polrestabes Surabaya
Saat ini Ais hanya bersedia berkomunikasi dengan suster penjaganya.
"Ais (AAP) hanya mau ngomong sama susternya saja," kata Sutanto, di Mapolda Jatim, Rabu (16/5/2018).
Kondisi putri bungsu keluarga bom bunuh diri di gerbang Mapolrestabes Surabaya itu, kata Sutanto, berangsur membaik.
Menurut Sutanto, anak-anak pelaku bom bunuh diri memerlukan penanganan komprehensif secara fisik maupun kejiwaan. Mereka juga harus mendapatkan pengasuhan yang tepat.