Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengurus MUI: Pelaku Teror di Surabaya Keliru Pahami Ajaran Islam

Kompas.com - 15/05/2018, 17:33 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Sekretaris Komisi Kerukunan Antarumat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Abdul Moqsith Ghozali menyebut, para pelaku teror dan bom bunuh diri di Surabaya beberapa waktu lalu keliru dalam menafsirkan dan memahami Alquran serta Hadis.

Tak hanya itu, mereka juga keliru memahami sejarah Nabi Muhammad SAW.

"Mereka keliru dalam membaca Alquran, hadis, dan sejarah Nabi (Muhammad). Dalam zaman nabi, peperangan karena pertahanan diri, bukan karena perlawanan," ujar Moqsith dalam sebuah diskusi di kantor Wahid Foundation, Jakarta, Selasa (15/5/2018).

Moqsith menyebut pula, perang yang diterjemahkan para pelaku teror di Surabaya, tidak sesuai dengan syariat Islam. Sebab, Islam tidak membenarkan perempuan dan anak-anak terlibat dalam perang.

Dalam sejarah, istri Nabi Muhammad maupun para sahabat-sahabatnya tidak pernah dilibatkan dalam perang.

Baca juga: Teroris Libatkan Anak-anak, Wapres JK Sebut Hebatnya Cuci Otak Merusak Bangsa

"Itu tidak syar'i, salah kalau libatkan perempuan dalam peperangan. Melibatkan anak-anak dalam peperangan. Tidak benar kalau merujuk ke Al-Qur'an, hadits, dan sejarah Nabi," tutur Moqsith.

Selain itu, kata Moqsith, tidak ada alasan untuk berperang seperti yang diklaim oleh para pelaku teror dan kelompok radikal saat ini. 

"Presidennya Islam, ketua parlemen Islam. Ada undang-undang wakaf, produk halal, apa lagi yang dicari? Umat Islam tidak terusir," sebut Moqsith.

Baca juga: Soal Bom Bunuh Diri, JK Bilang Surga Tak Mungkin Diperoleh Semudah Itu

Ia menegaskan, apapun yang dilakukan oleh kelompok radikal bertentangan dengan syariat Islam. Tidak hanya itu, ia juga menyatakan, tindakan yang dilakukan teroris lemah dari sisi syariat Islam. 

Kompas TV Pemerintah harus teliti terhadap WNI yang pernah ke Suriah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com