Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Natalius Pigai Ungkap Alasannya Selalu Kritik Presiden Jokowi...

Kompas.com - 28/04/2018, 06:58 WIB
Kristian Erdianto,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai mengungkapkan alasan kenapa dirinya selalu mengkritik kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Menurut Pigai, perlakuan pemerintah pada zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lebih memanusiakan masyarakat Papua ketimbang era Presiden Jokowi.

Hal tersebut, kata dia, terlihat dari banyaknya orang Papua di lingkaran terdekat Presden SBY untuk diajak bicara dalam menangani seluruh persoalan di Papua.

"Jadi kalau saya bandingkan dengan SBY, SBY justru memanusiakan orang Papua, mengangkat orang Papua bahwa orang Papua juga hebat di republik ini. Dibandingkan sekarang, Jokowi, siapa yang dia jadikan partner dalam berdiskusi dan dialog tentang persoalan di Papua? Hanya dirinya sendiri," ujar Pigai saat dihubungi, Jumat (27/4/2018).

"Jadi kalau dia menjadikan partner bicaranya itu pas-pasan, maka ya sama saja dengan merendahkan martabat Papua. Jadi jangan menganggap remeh orang Papua," ucap Pigai.

(Baca juga: Natalius Pigai Anggap Kecaman Staf Presiden Tak Level untuk Ditanggapi)

Ia pun menyebut sejumlah nama orang Papua yang pernah menjabat di era pemerintahan Presiden SBY. Antara lain, mantan Menteri Perhubungan Freddy Numberi, Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah, Velix Vernando Wanggai.

Selain itu, ada pula mantan Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya dan mantan Duta Besar Indonesia untuk Meksiko Barnabas Suebu.

"SBY telah memanusiakan orang Papua, kok. Itu fakta dibandingkan dengan zamannya Jokowi. Maka ketika saya kritik itu, itu kritik berdasarkan fakta di lapangan," kata Pigai.

Sementara, Pigai menilai saat ini Presiden Jokowi tidak memilih orang-orang yang berkompeten untuk membantu dalam menyelesaikan persoalan Papua.

Oleh sebab itu, lanjut lanjut Pigai, kebijakan pemerintah kerap tak menjadi solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh orang Papua.

"Saya kasih pesan ke Jokowi bahwa jangan dengar orang-orang yang tidak berkualitas, tidak kompeten untuk menyelesaikan berbagai persoalan di Papua," tuturnya.

(Baca juga: Stafsus Presiden Minta Natalius Pigai Berhenti Kritik Presiden Jokowi)

Selain itu, Pigai juga membantah anggapan bahwa kritik yang kerap ia sampaikan sebagai bentuk fitnah terhadap pemerintah.

Menurut Pigai, kritiknya terhadap pemerintah selalu berdasarkan data dan fakta di lapangan. Ia menceritakan rekam jejaknya sebagai peneliti dan komisioner Komnnas HAM selama lima tahun.

"Saya ini bersertifikat sebagai peneliti Depnakertrans, sertifikatnya dari LIPI. Kedua saya ini memiliki sertifikat statistik dan saya pernah jadi kepala bidang statistik di depnaker. jadi saya tahu bagaimana data," kata Pigai.

"Saya ini juga pernah jadi penyelidik Komnas HAM yang menjabat selama lima tahun. Semua kritik saya itu profesional, terukur, dalam rangka mengisi ruang-ruang kosong yang tidak pernah diisi oleh negara," tuturnya.

Kompas TV Saat membagikan sertifikat tanah, presiden berpesan agar warga tak mudah terpecah hanya karena beda pilihan di Pilkada dan Pilpres.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com