BOGOR, KOMPAS.com - Cita rasa makanan untuk para jemaah haji 2018 selama berada di Tanah Suci turut dipikirkan Pemerintah Indonesia.
Permasalahan frekuensi makan yang menjadi masalah sebelumnya kini sudah tuntas. Pemerintah memastikan, selama di sana jemaah haji akan makan sebanyak 40 kali. Jumlah ini meningkat dari tahun 2017 yang hanya makan sebanyak 25 kali.
Meski terdengar sepele, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, cita rasa makanan menjadi salah satu permasalahan setiap ibadah haji berlangsung.
"Masalah taste ini memang problem yang dari tahun ke tahun tidak bisa (diselesaikan) ya," kata Lukman, ketika dijumpai di Istana Bogor, Kamis (26/4/2018) sore.
(Baca juga: Investasikan Dana Haji, Pemerintah Sebut Biaya Haji 2019 Turun)
Lukman mengatakan, bayangkan saja orang Indonesia yang terkenal sangat sensitif soal rasa, tinggal berminggu-minggu di negeri seberang yang cita rasa makanannya jauh berbeda dengan di kampung halaman.
"Anda tinggal di hotel bintang 5 saja, yang makanannya itu berbahan baku pilihan, tinggal di sana tiga hari saja sudah bosan. Apalagi ini yang tinggal berminggu-minggu," ujar Lukman.
Belum lagi soal kegemaran orang Indonesia yang beragam. Misalnya, orang Sumatera dikenal suka dengan makanan bercita rasa pedas. Sementara, orang Jawa dikenal penyuka cita rasa manis.
Tidak hanya bisa mengurangi kekhusyukan beribadah, kata Lukman, persoalan menjadi semakin serius ketika ketidakcocokan cita rasa makanan dengan lidah jemaah haji Indonesia ini berujung pada gangguan kesehatan.
(Baca juga: Ke Madinah, Puan Cek Kesiapan Fasilitas Calon Jemaah Haji Indonesia)
Oleh sebab itu, pemerintah melalui Kementerian Agama terus intens berkomunikasi dengan hotel tempat para jemaah haji menginap. Kemenag melobi agar makanan yang disediakan 'pas' dengan lidah jemaah haji Indonesia.
Hasilnya, makanan jemaah haji Tanah Air selama di Saudi akan bercita rasa 'moderat'.
Apa maksudnya 'moderat'?
"Kepedasannya, keasinannya, keasamannya, manisnya, itu semuanya harus pada titik moderat. Ini agar bisa memenuhi semua, dari yang sangat suka pedas, sampai yang tidak suka pedas. Kan kita beragam kan? Begitu pula yang suka manis, asin dan asam," kata Lukman.
"Moderat dalam hal rasa ini diperlukan juga untuk menjaga kondisi pencernaan seluruh jemaah haji kita. Karena tidak semua memiliki kemampuan pencernaan yang bisa mengonsumsi rasa terlalu ekstrem," ujar dia.
Khusus soal menjaga agar makanan bagi jemaah haji Indonesia tidak membuat tidak enak perut, Kemenag bekerja sama dengan ahli gizi dan para pakar.
Ia pun berharap pelaksanaan ibadah haji 2018 ini berlangsung lancar. Khususnya, soal bagaimana jemaah haji memenuhi kebutuhan pangannya sehari-hari.