JAKARTA, KOMPAS.com - Hampir 10 bulan penyelesaian kasus penyerangan air keras terhadap Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) belum terungkap.
Ketua Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengingatkan, jika Presiden Joko Widodo tak kunjung mengupayakan percepatan penyelesaian kasus Novel, maka akan berpotensi menurunkan pamor Jokowi dalam Pilpres 2019.
"Karena janji utama politik Pak Jokowi yaitu penanganan masalah HAM dan perlawanan terhadap korupsi. Jadi kalau ini gagal bisa jadi "kuburan" politik," ujar Dahnil usai meluncurkan bukunya berjudul "Nalar Politik Rente" di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (28/2/2018).
Dahnil menilai, penyerangan penyerangan dan teror terhadap Novel bukanlah serangan secara pribadi, melainkan serangan terhadap agenda pemberantasan korupsi. "Novel diserang sebagai aparatur negara yang punya komitmen tinggi memberantas korupsi.Itu menyerang cita-cita kita sebagai bangsa," kata dia.
Wajah Novel Baswedan disiram air keras seusai menunaikan shalat Subuh berjamaah di Masjid Al Ikhsan, Jalan Deposito RT 003 RW 010, Kelapa Gading, Jakarta Utara, 11 April 2017.
(Baca juga: Soal Pembentukan TGPF, Novel Baswedan Serahkan ke Jokowi)
Seusai mendapat serangan, Novel dilarikan ke Rumah Sakit Mitra Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sore harinya, Novel dirujuk ke Jakarta Eye Center. Luka parah pada kedua mata Novel akibat siraman air keras ternyata tak cukup ditangani di Indonesia.
Pada 12 April 2017, dokter merujuk agar Novel mendapatkan perawatan mata di Singapura. Pada 17 Agustus 2017, Novel menjalani operasi pertama di Singapura. Hingga saat ini, kasus penyiraman air keras terhadap Novel belum juga menemukan titik terang.
Setelah lebih dari 10 bulan sejak penyerangan dilakukan, polisi belum juga menetapkan satu tersangka.