JAKARTA, KOMPAS.com - Luka dan duka pasti tak akan pergi begitu saja dari benak para korban aksi terorisme. Tak hanya bagi korban, tetapi juga keluarganya.
Tita Apriantini, korban bom JW Marriott, memilih untuk memaafkan dan berdamai dengan masa lalu. Ia berjuang mengalahkan amarah dan dendam kepada pelaku yang melakukan aksinya pada 5 Agustus 2003.
Orang yang bertanggung jawab dibalik peristiwa itu adalah Noordin M Top dan kawan-kawannya.
Tita mengisahkan, 14 tahun lalu, ia masih berusia 20 tahun. Akibat peristiwa itu, Tita mengalami luka bakar. Kepalanya terpaksa dibotakkan karena juga terbakar. Bahkan, Tita harus merasakan sakitnya operasi di bagian tangan tanpa dibius karena sebelumnya sudah banyak diberi obat bius.
Baca juga: Pemerintah Diminta Berdayakan Korban Terorisme dalam Upaya Deradikalisasi
Saat itu, Tita menyimpan amarah dan dendam terhadap pelaku.
"Jujur, saya dendam banget. Kan masih ABG, masih meluap-luap. Saya pengin tonjokin, bakar tangannya kayak saya," kata Tita saat mengisi acara yang diselenggarakan Aliansi Indonesia Damai (AIDA) di Jakarta, Kamis (25/2/2018).
Belasan tahun berlalu, Tita belajar berdamai dengan masa lalu. Prosesnya tidak mudah. Ia harus melepaskan rasa marah dan trauma.
Tita juga rutin bertemu dengan para korban bom untuk saling menguatkan. Kemudian, mereka bertekad untuk memaafkan pelaku, karena tak ada guna memendam dendam.
"Saya sudah nyaman dengan sekarang. Saya ketemu dengan pelaku dalam situasi yang sudah damai," kata Tita.
Menyembuhkan luka hati
Peristiwa itu menyisakan trauma selama bertahun-tahun.
Baca juga: LPSK Akui Terkendala dalam Melindungi dan Membantu Korban Terorisme
Ayu menderita luka bakar di tangan, paha, alis, dan rahang. Bagian pergelangan tangannya luka parah. Sekarang, Ayu telah hampir pulih, meski tangannya tidak bisa mengangkat beban terlalu berat.
"Saat itu jadi trauma. Saya takut sendirian. Kalau tidur tidak berani lihat jendela," kata Ayu.
Bom Bali I membawa Ayu ke titik terendah dalam hidupnya. Ia merasa beruntung dikelilingi keluarga dan teman yang selalu mendukung. Kini, ia merasa telah pulih dari luka fisik dan luka hati.