Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan untuk Penyelenggara Pemilu Jelang Pilkada Serentak 2018

Kompas.com - 26/12/2017, 11:06 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Suksesnya penyelenggaraan pemilu sangat bergantung pada profesionalitas dan netralitas penyelenggara pemilu yakni Komisi Pemilihan Umum RI (KPU RI) dan Badan Pengawas Pemilihan Umum RI (Bawaslu RI).

Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Fadli Ramadhanil memberikan sejumlah catatan yang harus diperhatikan KPU dan Bawaslu dalam penyelenggaraan Pilkada Serentak 2018.

Pertama, KPU dan Bawaslu harus bisa membagi konsentrasi atas dua pesta demokrasi yang berjalan dalam waktu berdekatan yaitu Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu 2019.  

Baca juga: Jumlah Pemilih Potensial Pilkada Serentak 2018 Capai 160 Juta Jiwa

"Dua-duanya sama pentingnya. KPU dan Bawaslu harus bisa membagi fokus mereka," kata Fadli kepada Kompas.com, Selasa (26/12/2017).

Kedua, KPU dan Bawaslu harus memiliki strategi untuk pengelolaan sumber daya manusia yang baik. Sebab, menjaga profesionalitas dan netralitas merupakan tantangan besar.

Peneliti Perludem Fadli Ramadhanil seusai acara diskusi di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (3/6/2017).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Peneliti Perludem Fadli Ramadhanil seusai acara diskusi di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (3/6/2017).
"Dengan beriringannya tahapan dua event pemilu ini, KPU dan Bawaslu harus punya perencanaan dan strategi supervisi yang mumpuni," lanjut Fadli.

Ia mengatakan, seluruh anggota KPU dan Bawaslu harus benar-benar mengawal dengan baik setiap tahapan pelaksanaan pemilu di daerah.

Ketiga, khusus untuk Pilkada Serentak 2018, perlu diperhatikan soal anggaran penyelenggaraan pemilu, baik anggaran untuk KPU maupun Bawaslu.

"Anggaran Pilkada ini mesti dicek dan dipastikan oleh KPU dan Bawaslu. Mulai dari ketercukupannya, sampai pencairannya," ujar Fadli.

Anggaran penyelenggaran Pilkada ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Oleh karena itu, menurut dia, potensi masalah juga akan sangat beragam.

"Salah satunya keterlambatan pencairan. Ini problem berulang sejak Pilkada 2015," kata Fadli.

Baca juga: Jelang Pilkada Serentak 2018, Wakapolda Jateng Sebut Semua Daerah Rawan Keamanan

Pada Pilkada 2015, ada tiga daerah yang belum mencairkan 100 persen anggaran pilkada bahkan hingga H-3 pemungutan suara.

Fadli mengatakan, molornya pencairan anggaran akan berdampak pada tahapan Pilkada itu sendiri.

Umumnya, mekanisme pencairan anggaran di daerah yang menggelar Pilkada terbagi menjadi dua atau tiga termin. Oleh karena itu, momentum pencairan anggaran ini harus dipastikan agar tidak terlambat.

"Jangan sampai anggarannya habis, baru pencairan diurus oleh KPU-nya," kata Fadli.

Kompas TV Menjelang tahun politik Presiden Joko Widodo berulang-ulang mengingatkan masyarakat agar tidak terpecah gara-gara beda pilihan dalam Pilkada.

http://properti.kompas.com/read/2017/12/19/172744221/presiden-jokowi-resmikan-tol-surabaya-mojokerto

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com