JAKARTA, KOMPAS.com - Hingga saat ini, Polri belum juga dapat memastikan kebenaran informasi mengenai tewasnya Bahrun Naim, simpatisan ISIS asal Indonesia yang menetap di Suriah.
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Pol Martinus Sitompul mengatakan, Polri berkoordinasi dengan counterpart kepolisian di sejumlah negara. Termasuk diantaranya Amerika Serikat dan Inggris.
"Negara-negara counterpart seperti Amerika, Inggris, kan mereka sama-sama perangi ISIS di sana. Nah mereka itu saling bertukar informasi," ujar Martinus di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Jumat (8/12/2017).
Negara-negara tersebut juga tergabung dalam Interpol, yang memiliki tujuaan sama untuk memerangi ISIS.
(Baca juga : Menelisik Kabar Kematian Bahrun Naim...)
Di samping itu, Polri juga berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri yang bisa lebih mudah mengakses kedutaan besar setempat. Namun, belum ada informasi resmi yang akurat mengenai isu tersebut.
"Sampai saat ini tidak ada informasi (soal tewasnya Bahrun Naim)," kata Martinus.
Sebelumnya, informasi tewasnya Bahrun Naim banyak beredar di media sosial.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan, informasinya bisa saja benar, bisa saja hoax. Sebab, kabar soal kematian Bahrun Naim bukan kali ini saja merebak.
Kepolisian baru bisa percaya dengan informasi bila melihat langsung atau ada orang yang melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Bahrun sudah tewas.
"Bisa betul dia meninggal, bisa juga ini trik dia supaya tidak dikejar," kata Tito.
(Baca juga : Kapolri: Bahrun Naim Bisa Betul Meninggal atau Trik Supaya Tak Dikejar)
Tito mengatakan, jika Bahrun benar-benar tewas, maka akan berdampak pada jaringan terorisme di Indonesia. Sebab, Bahrun merupakan pihak yang berada di tengah-tengah antara elite ISIS pusat di Suriah dengan kelompok teroris di Indonesia.
Bahkan, Bahrun juga kerap berkomunikasi langsung dengan eksekutor atau "pengantin" bom bunuh diri.
Tito menyamakan peran Bahrun dengan Hambali, teroris perancang bom Bali dan sejumlah aksi teroris lain. Saat itu, ia meupakan perantara Al Qaeda dengan Jamaah Islamiyah.
"Kasus bom Thamrin, kasus Masjid Falatehan, dan beberapa kasus lain berhubungan langsung dengan Bahrun Naim," kata Tito.