Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalau Penyidik KPK Banyak, Kasus Korupsi Kecil Juga akan Ditangani

Kompas.com - 25/10/2017, 16:59 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Deputi Pencegahan Direktorat Pendidikan dan Layanan Masyarakat pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Masagung Dewanto menyampaikan, kurangnya sumber daya manusia menjadi salah satu kendala tidak maksimalnya upaya pemberantasan korupsi.

Ia mengatakan, rata-rata per tahun ada 7.000 hingga 8.000 laporan masyarakat yang diajukan ke KPK. Kemudian yang terkonfirmasi karena memenuhi persyaratan laporan, misalnya adanya barang bukti, hanya setengahnya atau sekitar 3.500 kasus.

Di sisi lain, jumlah penyidik KPK hanya sekitar 50-60 orang. Padahal idealnya, untuk satu kasus ditangani satu kesatuan tugas yang di dalamnya berisi 5 hingga 6 penyidik.

"Kalau 5-6 (penyidik) menangani satu kasus maka harusnya hanya 12 kasus yang ditangani. Tapi, kasus yang ditangani KPK rata-rata per tahun 50-60 kasus," kata dia.

(Baca: Ahli Pemerintah Sebut Pansus Angket KPK "Buah dari Pohon Beracun")

Dengan demikian, kata Masagung, dapat diasumsikan bahwa satu penyidik KPK menangani satu kasus.

Oleh karena itu, lanjut dia, karena keterbatasan inilah maka KPK tidak menangani kasus yang kecil.

"Bukan enggak mau. Kalau personilnya besar atau resources-nya besar maka kasus kasus yang tidak besar juga bisa ditangani," kata dia.

Ia mengatakan, sejak 2010 KPK sudah meminta kepada DPR agar dibentuk lembaga perwakilan KPK di daerah. Saat itu ada 10 Provinsi yang diajukan. Tetapi, usulan itu ditolak.

(Baca: Jokowi: Saya Tak Bisa Bilang Jangan OTT ke KPK, Saya Bantunya Bangun Sistem)

Kemudian, dalam rapat dengar pendapat selanjutnya KPK kembali mengajukan usulan agar dibentuk lembaga perwakilan di 7 provinsi. Namun usulan itu juga ditolak.

Terakhir kali, sekitar dua tahun lalu, usulan itu kembali diajukan oleh pimpinan KPK agar dibentuk lembaga perwakilan di tiga provinsi, yakni Surabaya, Medan dan Makassar. Namun, usulan itu kembali tak disetujui.

Menurut dia, yang dialami KPK berbeda dengan lembaga lainnya. Misalnya, Ombudsman. Lembaga tersebut punya perwakilan di tiap daerah.

Begitu juga dengan BPK. Lembaga yang memiliki fungsi strategis ini punya perwakilan di daerah.

Jika melihat Hongkong dan Singapura, kata Masagung, lembaga antikorupsi justru diadakan hingga ke distrik atau tingkat kecamatan. Kalau di kepolisian, setara dengan tingkat polsek.

"Kalau itu dilakukan (di tiap daerah ada perwakilan KPK) maka memungkinkan tidak ada kasus kasus korupsi. Tapi, resources KPK sepertinya belum memungkinkan," ujarnya.

Kompas TV Komisi Pemberantasan Korupsi kembali memeriksa tersangka kasus korupsi e-KTP Irman dan Sugiharto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com