Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wakil Ketua Komisi I Anggap Aksi Solidaritas Rohingya Bukan Politisasi

Kompas.com - 07/09/2017, 20:14 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi I DPR Hanafi Rais menilai unjuk rasa yang dilakukan di depan Kedutaan Besar Myanmar, di Jalan H Agus Salim, Jakarta Pusat, Rabu (6/9/2017), tidak bisa diartikan bahwa telah terjadi politisasi atas isu kejahatan kemanusiaan terhdap etnis Rohingya, di Rakhine State, Myanmar.

Menurut Hanafi, unjuk rasa merupakan bagian dari perwujudan sistem politik demokrasi, di mana negara menjamin warganya menyatakan sikap atas suatu isu yang berkembang.

Pada konteks Rohingya, unjuk rasa dinilai Hanafi sebagai bentuk keprihatinan masyarakat Indonesia terhadap tragedi yang terjadi di Myanmar.

"Banyak kelompok yang mendesak supaya pemerintah ini lebih pro aktif mendorong perdamaian dan dihapusnya diskriminasi di Myanmar," kata Hanafi di Sekretariat Ikatan Alumni Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Kamis (7/9/2017).

(Baca juga: Hanafi Rais: Pemerintah Tidak Perlu Khawatir Isu Rohingya Dipolitisasi)

Menurut politisi Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut, pemerintah tidak perlu khawatir adanya politisasi isu Rohingya ke Tanah Air.

Sebab, langkah pemerintah menanggapi tragedi di Myanmar dengan mengutus Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk berdiplomasi dan negosiasi dengan Pemerintah Myanmar beberapa waktu lalu layak diapresiasi.

Saat itu, Indonesia menyerahkan usulan Formula 4+1 untuk Rakhine State kepada konsulat negara Myanmar.

"Saya mendukung Bu Menlu (Menteri Luar Negeri Retno Marsudi) yang responsif melakukan kunjungan diplomatik ke Myanmar dan Bangladesh, so far so good. Artinya, pemerintah sudah menyampaikan aspirasi masyarakat Indonesia yang selama ini prihatin," kata dia.

(Baca juga: Indonesia Menjadi Harapan Penuntasan Konflik Rohingya)

Hanya saja, menurut Hanafi, pemerintah memang perlu lebih tegas agar kejahatan kemanusiaan di Myanmar segera dihentikan.

Misalnya, dengan mengajak negara-negara lain, baik pada forum ASEAN maupun PBB, untuk mendesak Pemerintah Myanmar menghentikan penindasan dan mengakui etnis Rohingya sebagai bagian dalam konstitusinya.

Selain itu, mengusulkan kepada PBB untuk mengirimkan pasukan perdamaian ke Myanmar.

"Ini problem yang tidak sederhana. Tidak cukup dengan hanya intervensi kemanusiaan, tapi juga harus galang kekuatan kekuatan lain untuk tidak hanya intervensi tapi juga agar melakukan transformasi di Myanmar," kata dia.

Kompas TV Pengungsi Rohingya Terjebak di Perbatasan Myanmar-Banglades
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang



Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com