Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Myanmar Perlu Bersikap soal Status Pengungsi Rohingya

Kompas.com - 07/09/2017, 15:06 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang juga aktivis HAM, Heru Susetyo menilai, cukup sulit mengatasi persoalan yang menimpa etnis Rohingya, di Rakhine State, Myanmar, khususnya terkait para pengungsi.

Menurutnya, pemerintah Myanmar perlu mengambil sikap sehingga masalah tersebut tidak terjadi berkepanjangan.

"Yang paling bertanggung jawab semestinya Pemerintah Myanmar," kata Heru dalam diskusi yang digelar di Sekretariat Iluni UI, Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (7/9/2017).

Menurut dia, sedianya ada beberapa solusi yang dapat dilakukan mengatasi masalah tersebut. Beberapa di antaranya, dengan cara repatriasi atau memulangkan kembali warga Rohingya yang mengungsi.

(Baca: Indonesia Menjadi Harapan Penuntasan Konflik Rohingya)

Namun demikian, hal ini cukup sulit dilakukan jilka melihat situasi kemanan saat ini. Kondisinya tidak mendukung bagi warga Rohingya.

"Bisa kalau sudah aman secara politik, sosial, dan budaya lebih kondusif," kata dia.

Langkah lainnya, lanjut dia, integrasi dengan negara ketiga. Misalnya, dengan negara Indonesia, Malaysi, dan Thailand. Namun demikian, cara ini bisa jadi tidak menarik negara ketiga tersebut.

"Karena negara penerima harus memikirkan masalah budget (keuangan negara), kemanan dan lainnya," kata dia.

(Baca: Cegah Kembalinya Pengungsi Rohingya, Myanmar Disebut Tanam Ranjau)

Sementara Executive Secretary ASEAN-China Center FISIP UI, Shofwan Al Banna, menyoroti sikap pemerintah Indonesia sebagai negara sahabat Myanmar.

Menurut dia, pemerintah perlu sediki meningkatkan tekanan diplomasi terhadap elit politik Myanmar dengan memberikan berbagai pertimbangan logis atas persoalan tersebut. Misalnya, dampak politik dan ekonomi jangka panjang bagi negara Myanmar.

"Juga bisa mendorong, melakukan intervensi lebih keras yang konkrit dari mekanisme lain. Kalau memungkinkan pakai (dorong sikap) ASEAN atau PBB. Jika tidak, ya Indonesia sendiri yg memainkan peran," kata dia.

Menurut dia, langkah ini perlu dilakukan Pemerintah agar persoalan Myanmar tidak timbul berulang tiap tahunnya dan terus memengaruhi dinamika sosial dan politik dalam negeri.

"Kalau tidak bertindak lebih jauh akan berulang tahun depan. Di negara kita akan ada demo lagi, rame info-info hoaks lagi," ujarnya.

Kompas TV Pengungsi Rohingya Terjebak di Perbatasan Myanmar-Banglades
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang



Terkini Lainnya

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com