Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkumham Akui Proses Pemidanaan Yusman Cacat Hukum

Kompas.com - 24/08/2017, 09:22 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly mengakui bahwa proses pemidanaan pemuda asal Nias, Sumatera Utara, yang bernama Yusman Telaumbanua cacat hukum.

Salah satu proses cacat hukum itu yakni tentang rekayasa umur Yusman oleh polisi yang menyidiknya.

"Saya waktu berkunjung ke Nusakambangan bertemu dengan Yusman. Saya lihat sendiri memang dari penampilan fisiknya saja dia masih anak-anak dan setelah penelitian memang benar," ujar Yasonna di Kompleks Istana Presiden, Rabu (23/8/2017).

Meski demikian, Yasonna mengatakan, memang tidak ada hukum di dunia yang sempurna. Namun yang penting, ruang mekanisme pencarian keadilan tetap harus dibuka seluas-luasnya untuk meminimalisir kecacatan hukum.

"Kalau ada bukti baru, ya ajukan. Proses hukum harus transparan, proses peradilan yang penting harus terbuka. Untuk mencegahnya melalui banding, kasasi, kemudian PK lalu grasi. Hukum kita memberikan peluang itu," ujar Yasonna, yang juga berasal dari Nias.

Kasus Yusman, lanjut Yasonna, harus menjadi momentum evaluasi bagi sistem hukum di Indonesia, mulai dari kepolisian hingga peradilan. Ia tidak ingin ada Yusman-Yusman yang lain di kemudian hari.

Yusman adalah seorang terpidana mati kasus pembunuhan. Mahkamah Agung kemudian membatalkan vonis mati sehingga Yusman bebas tepat pada hari kemerdekaan ke-72 RI, 17 Agustus 2017 lalu.

(Baca: Kisah Yusman, Mantan Terpidana Mati di Bawah Umur yang Mengaku Kena Rekayasa)

 

Kontras yang menjadi pengacara Yusman menyatakan, ada rekayasa dan ketidakadilan peradilan dalam proses hukum yang dijalani Yusman.

Sepanjang proses hukum, Yusman mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi, Misalnya, disiksa polisi, tak diberikan makanan selama berada di sel dan polisi merekayasa umur Yusman menjadi 19 tahun.

Padahal, Yusman mengaku berumur 15 tahun. Alhasil, ia dikenakan hukuman selayaknya orang dewasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Nasional
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com