JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar mengkritik sikap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam menanggapi kasus penyiraman air keras terhadap penyidiknya, yakni Novel Baswedan.
Haris menilai para pimpinan KPK kurang perhatian pada Novel Baswedan dan kasus yang menimpanya.
"Pimpinan KPK saya anggap memang menyedihkan, Pimpinan KPK menyedihkan untuk konteks Novel, perhatiannya menyedihkan," kata Haris di kantor Kontras, Jakarta, Rabu (16/8/2017).
Menurut Haris, pimpinan KPK tidak menjenguk Novel di Singapura sejak peristiwa penyiraman pada 11 April 2017 lalu.
Adapun Ketua KPK Agus Rahardjo dan Wakil Ketua KPK Saut Situmorang baru bertemu Novel saat mendampinginya dalam pemeriksaan oleh polisi beberapa waktu lalu.
"Setelah empat bulan, pimpinan KPK baru bertemu Novel," kata dia.
Haris melanjutkan, sebelumnya Wakil Ketua KPK Laode M Syarif juga diketahui sempat menemui Novel di Singapura. Namun, kunjungan Laode itu dilakukan di sela waktu berlibur dengan keluarganya di Singapura.
Selain itu, Haris juga menyoroti langkah pimpinan KPK dalam menanggapi kasus Novel. Hingga saat ini KPK masih memercayakan pengungkapan kasus kepada kepolisian. Padahal, Novel sebagai korban sudah pesimistis.
(Baca: Diperiksa Polisi, Novel Baswedan Kecewa pada Proses Penyidikan)
Sedianya, kata Haris, KPK mendorong pembentukan tim gabungan pencari fakta (TGPF) sebagaimana keinginan Novel.
"Mendorong Presiden untuk membentuk TPGF dan berkontribusi terhadap TGPF untuk menunjukkan jejak jejak silang sengkarut dan pertaruhan-pertatuhan yang punya kaitan dengan kasus Novel," kata dia.