JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid menilai, faktor ekonomi atau pendidikan bukan faktor dominan yang membuat seseorang terjerumus bergabung ke kelompok radikal.
Menurut Yenny, alasan seseorang bergabung dengan kelompok radikal karena adanya perasaan teralienasi atau merasa terasingkan.
"Jadi 2 hal ini (pendidikan dan ekonomi) tidak berkolerasi. Yang berkolerasi adalah perasaan teralienasi, kegelisahan. Ini bukan persoalan Indonesia, ini persoalan banyak bangsa di dunia," kata Yenny, pada Simposium Nasional bertajuk "Bangkit Bergerak, Pemuda Indonesia Majukan Bangsa", di Balai Kartini, Jakarta, Senin (14/8/2017).
Yenny mencontohkan, pada kasus Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo, salah satu anggota kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) asal Indonesia.
Yenny mengatakan, secara finansial, Bahrun terbilang dari kalangan mampu.
Selain itu, Bahrun juga mengenyam pendidikan tinggi. Meski demikian, dia tetap terjerumus ke dalam kelompok ISIS.
"Bahrun Naim itu S2 dan anaknya saudagar batik di Solo. Bahrun Naim ini adalah orang Indonesia yang sekarang ada di ISIS dan aktif merekrut orang-orang baru," kata dia.
Yenny mengatakan, anak-anak muda yang kerap gelisah atau ingin melakukan sesuatu tapi tak mendapatkan dukungan dari sekitarnya juga sangat rentan dipengaruhi.
Menurut Yenny, persoalan antisipasi berkembangnya kelompok radikal tidak bisa jika hanya diserahkan kepada aparat penegak hukum.
"Artinya, tantangan kita sebagai manusia ke depan semakin besar sekali. Dan tidak bisa hanya ditanggapi oleh hanya Beliau-beliau saja, tidak bisa Kapolri dan TNI saja," kata Yenny.
Berdasarkan penelitian, kata Yenny, 0,4 persen penduduk di Indonesia pernah melakukan tindakan radikal.
Kemudian, sebesar 7,7 persen masyarakat Indonesia menyatakan ingin melakukan tindakan radikal apabila dimungkinkan.
"Ini nominal yang kecil ya, 0,4 persen dan 7,7 persen. Tetapi jika diproyeksikan terhadap populasi di Indonesia yang berisi 50 juta masyarakat, maka yang didapatkan adalah (sekitar) 600 ribu orang pernah melakukan tindak radikal, dan 11 juta orang ingin melakukan tindakan radikal kalau ada kesempatan," kata Yenny.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.