JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian meminta jajarannya memperkuat pengamanan pasca sejumlah teror kepada anggota kepolisian, khususnya petugas di lapangan yang berkenaan langsung dalam penanganan terorisme.
"Saya mau perlebar, sekarang kekuatan mereka dibuat double. Kemarin saya panggil Asisten SDM, dengan mereka kita akan buat double," ujar Tito di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Selasa (4/7/2017).
Dengan adanya penambahan kekuatan, kata Tito, maka anggaran juga perlu ditambah untuk melengkapi persenjataan. Para personel tersebut juga akan diberikan tempat khusus sebagai markas dengan sistem keamanan yang baik.
"Dengan dibuat doubel, ini lawan kita sudah mulai berkembang, maka jumlah personel harus meningkat supaya pengamanannya lebih kuat lagi," kata Tito.
(Baca: Ryamizard: Bahaya di Depan Mata Kok Masih Saja Diskusi RUU Terorisme)
Di samping itu, kegiatan pemantauan dan operasi terkait kegiatan terorisme akan lebih intens dilakukan, terutama oleh Densus 88 dan intelijen.
Peningkatan keamanan juga dilakukan terhadap kantor-kantor kepolisian yang dilakukan oleh Brimob Polri. Pasalnya, kata Tito, teroris mudah sekali untuk menyamar untuk menutupi identitas.
"Dalam perang gerilya kita, berlaku ketika lawan sedang kuat, mundur tiarap. Ketika lawan lengah, kita menyerang. Kalau tahu kita siap, dia tenang-tenang. Tapi begitu tahu kita mengendor, mereka lagi menyerang," kata Tito.
(Baca: Selain Serang Mapolda Sumut, Terduga Teroris Juga Incar Markas TNI)
Tito mengatakan, Polri menjadi sasaran kelompok teror tertentu maupun teroris perorangan karena dianggap kaki tangan pemerintah yang tagut.
Penyerangan kepada polisi yang tengah bertugas tak hanya baru terjadi setahun belakangan. Pada 2011, kata Tito, ada bom bunuh diri ke markas kepolisian di Cirebon.
"Ini yang harus diwaspadai. Saya sudah instruksikan kepada seluruh kepala wilayah, kasatker, untuk memperkuat dan mengevaluasi sistem pengamanan markas masing-masing," kata Tito.