Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Novel, Air Keras, dan Peran Sang Jenderal

Kompas.com - 03/07/2017, 08:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

“Perempatan ini menjadi penting karena di perempatan inilah seorang saksi mata melihat jelas wajah orang yang diduga sebagai penyiram Novel Baswedan beberapa saat sebelum kejadian.”

Pernyataan di atas adalah bagian dari tayangan saya yang berjudul “Misteri Penyiram Novel” yang akan tayang malam ini, Senin (3/7/2017), pukul 20.00 di KompasTV.

Saya sengaja memulainya dari lingkungan rumah Novel, termasuk perempatan penting di dekat rumah Novel. Saya menelusuri benarkah ada kejanggalan yang terjadi dalam kasus Novel Baswedan.

Secara eksklusif, saya mencoba merapikan puzzle dari berbagai sumber kredibel yang saya temui dan kumpulkan datanya.

Wawancara Novel Baswedan, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dengan majalah TIME pada 10 Juni 2017 lalu bak melontarkan bola panas.

Betapa tidak, Novel menyatakan kecurigaannya bahwa ada perwira tinggi Polri yang terlibat dalam kasus penyiraman yang menyebabkan mata kirinya terancam buta.

Kondisi Novel terakhir

Mata kiri Novel terancam buta karena sel punca yang dicangkok dalam matanya tak dapat berkembang. Kerusakan pada mata kirinya kelewat parah.

Sementara, mata kanan Novel masih berjibaku dengan penyembuhan. Informasi yang saya dapatkan dari pihak keluarga, cuma tersisa 4 milimeter sel kornea alias bagian putih di mata kanannya. Sisanya rusak.

Operasi besar cangkok mata menjadi jalan satu-satunya untuk menyelamatkan kedua matanya.

Perwira Polisi lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1998 ini menyatakan berhenti dari Polri saat berpangkat Komisaris Polisi di tahun 2012.

Namanya memang telanjur menjadi simbol perlawanan antikorupsi di negeri ini. Gerak - geriknya yang selalu ada di setiap kasus besar secara tidak langsung menancapkan kesan di benak publik bahwa Novel adalah penyidik utama yang selalu menangani setiap kasus korupsi kakap yang terjadi di negeri ini.

Akrab dengan ancaman

Selama menjadi penyidik KPK, tak kurang lima kali serangan pernah dialaminya. Ia pernah ditabrak berkali-kali saat hendak berangkat kerja ke KPK menggunakan sepeda motor. Terakhir, yang paling parah, mukanya disiram air keras.

Dua serangan itu terjadi di seputaran Kelapa Gading, Jakarta Utara, dekat rumahnya.  

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com