Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dianggap Cemarkan Nama Baik, Aksi "Indonesia Waras" Dilaporkan ke Polisi

Kompas.com - 16/06/2017, 13:33 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi "Indonesia Waras" yang digelar sejumlah seniman dan budayawan di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, dilaporkan ke Bareskrim Polri.

Pelapor yang merupakan tenaga ahli Majelis Kehormatan Dewan DPR RI, Dasril, menganggap peserta aksi tersebut mengeluarkan pernyataan yang bermuatan fitnah dan pencemaran nama baik.

"Benar, atas nama Dasril melapor ke Bareskrim Polri atas dugaan pencemaran nama baik," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Pol Martinus Sitompul saat dikonfirmasi, Jumat (16/6/2017).

Dalam laporan polisi yang beredar, Dasril menerima LP dengan Nomor LP/634/VI/2017/Bareskrim.

Ia melaporkan sejumlah seniman terkait pemberitaan di media online Galaberita.com berjudul "Bela KPK, Ratusan Seniman Bikin Aksi Indonesia Waras".

Baca: Budayawan dan Seniman Gelar Aksi Tolak Hak Angket di Gedung KPK

Adapun peserta aksi tersebut yaitu Sys NS, Addie MS, Arswendo, Roy Marten, Butet Kertaradjasa, Keenan Nasution, Renny Djajoesman, Once, dan lainnya.

Namun, tidak disebutkan siapa pihak yang dilaporkan Dasril.

Dalam kolom terlapor, tertulis "dalam lidik".

Pelapor mencantumkan dua saksi yang juga merupakan tenaga ahli MKD DPR RI, yaitu Nikosa Yamin Bachtiar dan Beny Pangbin.

Dalam pemberitaan tersebut, satu persatu peserta aksi menyampaikan aspirasinya.

"Kita tidak boleh diam karena DPR sudah keterlaluan. Kalau kebenaran hanya membisu, Indonesia bisa hancur," ujar Sys.

Dalam berita itu, Sys disebut mengutip kalimat dari naskah drama “Le Bal Des Voleurs” karya Jean-Annoulih.

Mereka adalah para pencuri. Ya, pencuri yang sebenar-benarnya pencuri. Mereka mencuri hak rakyat dengan berbagai macam taktik dan daya. Mereka pencuri. Lalu kenapa? Mereka tak punya lagi rasa kehormatan manusia. Mereka pun merasa bangga dengan topeng yang berubah-ubah demi kerakusan mencuri apapun milik negara. Dan, hei, di gedung parlemen ada pesta pencuri!!!”.

Sebelumnya, massa yang tergabung dalam gerakan "Indonesia Waras" datang ke KPK untuk menyatakan menolak hak angket yang digulirkan DPR RI.

Kelompok ini dipimpin oleh Sys NS.

Massa "Indonesia Waras" menilai, keputusan DPR untuk menggulirkan hak angket sama dengan menghina akal sehat rakyat sebagai pemegang kedaulatan yang sah.

Mereka menganggap pengguliran hak angket hanya modus anggota DPR untuk melemahkan KPK.

Beberapa tokoh yang hadir seperti aktor dan aktris senior Roy Marten dan Jajang C Noer. Kemudian, budayawan Arswendo dan Harry Tjahjono.

Kompas TV Jokowi: KPK Tidak Boleh Dilemahkan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

Nasional
Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com