Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keseriusan Polisi Ungkap Kasus Novel Dipertanyakan

Kompas.com - 07/05/2017, 19:52 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

GRESIK, KOMPAS.com - Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mempertanyakan keseriusan Kepolisian dalam menangani kasus penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan.

Sebab, hingga hari ke-26 polisi belum juga mengungkap pelaku teror tersebut terhadap penyidik senior tersebut.

Padahal, Kepolisian melalui Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror terbilang cepat jika membongkar kasus teroris, yang relatif sulit.

"Kan semestinya mudah. Densus tiba-tiba nangkap teroris dan kemudian bisa sebut jaringannya dengan mudah," kata Dahnil di sela kegiatan Apel Menggembirakan Kebangsaan dan Kesiapsiagaan Bencana Nasional yang digelar di halaman GOR Tri Dharma Petrokimia, Gresik, Jawa Timur, Minggu (7/5/2017).

(Baca: Hampir Sebulan Kasus Novel Belum Terungkap, Ini Kata Pimpinan KPK)

Polisi sebelumnya mengaku sudah mengantongi identitas yang diduga sebagai pelaku penyiraman air keras terhadap Novel.

Oleh karena itu, menurut Dahnil, seharusnya kasus ini sudah ada titik terang.

"Ini ada dua orang kemudian ada CCTV tapi enggak bisa ditangkap, nah ini ada yang aneh," tambah dia.

(Baca: Polisi Ketahui Identitas Terduga Penyerang Novel Baswedan)

Dahnil menyarankan Presiden Joko Widodo (Jokowi) segera turun tangan dan membentuk tim investigasi gabungan.

"Ini momentum, bila perlu bentuk tim independen untuk mengusut kasus ini karena kami curiga ada pihak lain yang memang sengaja mengulur dan tidak ingin menangkap penyiram air keras terhadap Novel," tambah dia.

Menurut Dahnil, Presiden harus menunjukkan komitmennya dalam merespons kasus ini. Jangan sampai nasib kasus ini mangkrak seperti yang terjadi pada masa pemerintahan sebelumnya.

Sekadar mengingatkan, pada 8 Juli 2010, Aktivis Indonesia Corruption Watch, Tama Satya Langkun, dianiaya oleh dua orang di kawasan Duren Tiga, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pelakunya hingga saat ini tak pernah terungkap.

(Baca: Tak Bahas Kasus Novel, KPK dan Presiden Jokowi Dinilai Tak Paham Amarah Rakyat)

"Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI saat itu) dulu enggak bisa menangkap pembacok Tama. Masa sekarang Pak Jokowi juga enggak bisa temukan. Berarti, apa bedanya dengan SBY," kata dia.

Sebelumnya, Novel disiram cairan kimia pada 11 April lalu oleh orang tidak dikenal seusai shalat Subuh di Masjid Al-Ihsan dekat rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta.

Kompas TV Apa Kabar Novel Baswedan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com