Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Kutuk Serangan Gas Beracun di Suriah

Kompas.com - 07/04/2017, 19:41 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mengutuk serangan gas beracun terhadap warga sipil di Suriah. Hal itu disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arrmanatha Nasir, dalam konferensi pers yang digelar di Kantor Kemlu, Jakarta Pusat, Jumat (7/7/2017).

Akibat dari serangan gas tersebut, Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan rudal ke Suriah. Presiden AS Donald Trump menganggap serangan kimia itu dilakukan oleh militer loyalis Presiden Suriah Bashar al-Assad, meskipun Damaskus membantah tudingan tersebut.

"Serangan senjata kimia dua hari lalu di suriah, intinya posisi indonesia, kita mengutuk penggunaaan senjata kimia di Suriah yang telah memakan banyak korban, termasuk anak-anak," kata Arrmanatha.

Arrmanatha menilai, serangan balik yang dilakuan AS kepada Suriah juga merupakan tindakan pengerahan militer yang dilakukan tanpa pesetujuan dewan keamanan Persatuan Bangsa Bangsa (PBB).

(Baca: Enam Tahun Perang Suriah, dari Aksi Damai Hingga Tembakan 60 Rudal AS)

Serangan itu tidak sejalan dengan prinsip hukum internasional dalam menyelesaikan konflik secara damai, sebagaiaman diatur dalam piagam PBB.

Bagi pemerintah Indonesia, kata Arrmanatha, stabilitas dan perdamaian di Suriah hanya bisa tercapai melalui dialog, proses politik yang inklusif, dan dengan mengedepankan diplomasi.

Oleh karena itu, lanjut Arrmanatha, pemerintah Indonesia meminta kepada semua pihak untuk dapat menahan diri dan menghentikan seluruh tindak kekerasan.

Selain itu, juga mengimbau kepda semua pihak agar selalu melindungi dan menghormati hak asasi manusia. Ia menambahkan, menteri Luar Negeri Retno Marsudi terus berkoordinasi dengan Wakil Tetap RI di PBB.

"Indonesia terus mendorong dan mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah agar situasi di Suriah dapat diselesaikan," ujar dia.

(Baca: Apa Reaksi Dunia atas Serangan 60 Rudal Tomahawk AS ke Suriah?)

Organisasi amal Doktor Tanpa Batas (MSF), Rabu (5/4/2017), menyebut gas kimia yang digunakan untuk menyerang warga sipil di Suriah merupakan gas saraf seperti sarin.

Hal ini diketahui Tim MSF setelah memeriksa sejumlah korban yang berada di RS Bab al-Hawa, sekitar 100 kilometer sebelah utara lokasi serangan senjata kimia di provinsi Idlib itu.

Adapun tanda-tanda terhadap warga sipil yang terdampak gas sarin yakni gejala seperti pupil mata mengecil, otot bergetar, dan buang-buang air.

"Gejala-gejala itu sesuai dengan yang dialami korban gas saraf beracun seperti sarin atau sejenisnya," kata MSF.

Sementara Menteri Kehakiman Turki, Bekir Bozdag, sebagaimana dilaporkan media Inggris, Metro, Kamis (6/4/2017) ini menyebut bahwa sekitar 70 orang tewas akibat serangan tersebut.

Kompas TV Lorong yang dipenuhi reruntuhan bangunan ini, semula merupakan bagian dari rumah sakit yang ada di Kota Khan Sheikhun. 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com