JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Mahyudin mengatakan, keresahan Generasi Muda Partai Golkar terhadap pengungkapan kasus dugaan korupsi e-KTP hanya aspirasi segelintir kader.
Ia menilai, mayoritas kader Golkar tidak resah akan hal itu hingga mendorong pergantian pucuk pimpinan.
"Saya kira sih biasa. Tapi kalau menurut aturan sendiri, rasanya mayoritas kader Golkar solid tidak ada yang menginginkan untuk Munaslub (Musyawarah Nasional Luar Biasa)," kata Mahyudin saat menghadiri perayaan ulang tahun Ketua Dewan Pakar Golkar Agung Laksono ke-68 di Jalan Cipinang Cempedak II, Jakarta Timur, Minggu (26/3/2017).
(baca: Generasi Muda Golkar Resah soal Kasus E-KTP, Ini Komentar Novanto)
Mahyudin menuturkan, Golkar telah terbiasa jatuh bangun dan mengalami dinamika. Ia mencontohkan kasus yang pernah menjerat mantan Ketua Umum Golkar Akbar Tandjung dalam kasus Bulog.
"Waktu kasus Bulog Gate, Pak Akbar sempat masuk tahanan, sempat didakwa bersalah, dulu tidak ada tuh kami berpikir Munaslub," ujar Mahyudin.
Mahyudin menilai, dalam kasus e-KTP, tidak ada syarat yang mendukung untuk dilakukan Munaslub. Untuk itu, menurut dia, Munaslub tidak mungkin terjadi.
(baca: Novanto Terseret Korupsi E-KTP, Ical Minta Tak Ada Desakan Munaslub)
Mahyudin menuturkan, diperlukan sanksi bagi tindakan Generasi Muda Partai Golkar yang dapat mengakibatkan terpecahnya partai.
Ia meminta DPP Golkar untuk tegas memberikan sanksi.
"Jangan dibiarkan. Saya lebih setuju diberi sanksi. DPP yang memutuskan sanksi apa yang tepat," ujar Mahyudin.
Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto terseret kasus dugaan korupsi e-KTP.
(baca: Nusron Wahid: Enggak Ada Lab, Lub, Lab, Lub, Munaslub...)
Dikutip dari Tribunews.com, politisi muda Golkar Ahmad Doli Kurniawan mengatakan, suasana yang berkembang di masyarakat terkait kasus e-KTP tidak menguntungkan Golkar terhadap agenda politik terdekat, yakni verifikasi partai dan Pilkada 2018.
"Suasana yang berkembang di masyarakat tidak menguntungkan Golkar. Golkar seperti jadi bulan-bulanan identik dengan Golkar dan ketum, tidak kondusif menghadapi event politik," kata Ahmad Doli di kawasan SCBD, Jakarta, Jumat (23/3/2017).
Doli meminta internal Golkar menyadari situasi yang berkembang di masyarakat. Beberapa pertemuan digelar untuk mencari solusi agar Golkar keluar dari kasus e-KTP.
Sebab, menurut Doli, kasus tersebut tidak melibatkan Golkar sebagai institusi.
"Kami terus melakukan pertemuan, kemudian berkomunikasi dengan Dewan Kehormatan, pakar dan pertimbangan, serta senior Golkar seperti Akbar Tandjung dan Jusuf Kalla juga ke Setya Novanto," kata Doli.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.