Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Butuh Indonesia dengan Warisan Pluralisme

Kompas.com - 24/03/2017, 17:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Dunia butuh Indonesia dengan warisan pluralismenya untuk mengawal dan menjaga perdamaian serta sikap saling menghargai satu dengan lainnya pada masa datang. Hal itu akan menjadi hadiah besar dari Indonesia untuk dunia yang pasti disetujui Yap Thiam Hien, tokoh anti diskriminasi.

Kesimpulan itu muncul dari paparan Sekretaris Jenderal Amnesty International Salil Shetty pada acara ceramah Yap Thiam Hien Human Rights berjudul "Pluralisme dan Perjuangan untuk Keadilan dan Kesetaraan", di Jakarta, Kamis (23/3). Ceramah diselenggarakan Yap Thiam Hien Foundation bekerja sama dengan Tahir Foundation, Indonesia Legal Roundtable, dan Ikadin.

Mengawali ceramahnya, Shetty mengatakan, India dan Indonesia memiliki semboyan yang sama, yaitu berbeda-beda, tetapi tetap satu atau Bhinneka Tunggal Ika. Kedua negara juga memiliki banyak persamaan. Salah satunya, India merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar kedua di dunia setelah Indonesia.

Ketua Yayasan Yap Thiam Hien Todung Mulya Lubis mengakui isu pluralisme saat ini tengah menjadi isu semua negara. Fundamentalisme mengancam harmoni dan keberagaman. "Indonesia sekarang tidak lagi seperti dulu. Sekarang ini yang ada adalah kami dan mereka, teman dan musuh," kata Todung, yang berharap Indonesia bisa keluar dari kesempitan pemikiran tersebut.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DKI Jakarta Darwis M Adji, yang membacakan sambutan Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Soni Sumarsono, berharap munculnya sosok Yap Thiam Hien pada masa kini dan mendatang. "Kita memiliki kebijakan untuk melindungi keberagaman dalam berbagai hal. Untuk itu, pemahaman secara utuh pluralisme menjadi penting karena kesalahan pemahaman akan menimbulkan kontraproduktif," katanya.

Empat tanda

Lebih jauh, Shetty mengidentifikasi adanya empat tanda yang dapat menyerang pluralisme dan toleransi di suatu bangsa. Tanda pertama bagi intoleransi beragama dan tantangan pluralisme adalah munculnya demonisasi dan kebencian dari kelompok tertentu. Tanda kedua adalah diskriminasi, yakni ketika pemerintah melayani atau memperlakukan secara tidak setara satu kelompok dengan kelompok lain. Tanda ketiga adalah saat perundang-undangan digunakan untuk memaksakan hierarki agama di masyarakat. Terakhir adalah kekerasan atau kekejaman.    

"Empat tanda itu harus menjadi pedoman untuk mengembalikan pluralisme dan kesetaraan di masyarakat. Ketika kita berpikir untuk melawan, kita harus memperhitungkan keempat hal itu," tandas Shetty. (IVV)
---
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Maret 2017, di halaman 2 dengan judul "Dunia Butuh Indonesia dengan Warisan Pluralisme".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com