Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Sejumlah Tokoh Agama, Wiranto Bahas Dewan Kerukunan Nasional

Kompas.com - 23/02/2017, 19:22 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto bertemu dengan sejumlah tokoh agama dan masyarakat untuk membicarakan rencana pembentukan Dewan Kerukunan Nasional (DKN).

Menurut Wiranto, pemerintah perlu menerima masukan dari sejumlah tokoh sebelum menetapkan konsep pembentukan DKN.

"Ya tadi kan kami bicarakan dengan tokoh-tokoh yang punya kharisma, dikenal publik punya kearifan yang cukup tinggi. Saya harus bicara dengan mereka dulu nanti, dari sana kemudian memastikan kapan segera dibentuk," ujar Wiranto usai pertemuan di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Kamis (23/2/2017).

(Baca: Datangi Istana, Kontras Protes Pembentukan Dewan Kerukunan Nasional)

Dalam kesempatan itu Wiranto kembali menegaskan bahwa pembentukan DKN tidak ditujukan untuk menggantikan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) sebagai mekanisme penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu.

DKN, sambung dia, difokuskan untuk menyelesaikan konflik horizontal yang kian marak di tengah masyarakat. Wiranto berjanji bakal menjelaskan DKN secara menyeluruh.  

"Yang pasti tidak seperti yang dituduhkan beberapa teman-teman dari LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) seakan DKN dibentuk khusus untuk melindungi kasus dugaan pelanggaran HAM masa lalu. Bukan seperti itu. Tapi betul-betul diarahkan untuk menyelesaikan konflik horizontal yang saat ini terjadi," ucap wiranto.

(Baca: Dewan Kerukunan Nasional Dinilai Bisa Cegah Konflik Sosial)

Dalam pertemuan tersebut hadir sejumlah tokoh dari berbagai organisasi keagamaan, antara lain Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masdar F. Mas'udi dan tokoh agama Katolik Franz Magnis Suseno.

Selain itu hadir pula mantan Menteri Kehakiman Muladi.

Franz Magnis Suseno menyambut baik rencana pemerintah tersebut jika benar-benar ditujukan untuk mengatasi konflik horizontal di masyarakat.

"Saya setuju jika DKN dibentuk untuk mengatasi konflik horizontal. Tapi saya tidak setuju jika digunakan untuk menyelesaikan kasus HAM. Dari pertemuan tadi saya tidak melihat ada arah ke situ (menyelesaikan kasus HAM)," ucapnya.

Rencana pembentukan DKN sempat ditentang oleh sejumlah organisasi masyarakat sipil yang bergerak di bidang penegakan HAM.

Mereka khawatir DKN akan digunakan sebagai mekanisme penyelesaian kasus pelanggaran HAM masa lalu melalui jalur non-yudisial.

(Baca: Kontras Sebut Wiranto Plinplan Soal Pembentukan Dewan Kerukunan Nasional)

Pasalnya Wiranto pernah menyebut salah satu tujuan pembentukan DKN adalah menggantikan peran KKR dalam menyelesaikan pelanggaran berat HAM masa lalu melalui jalur non yudisial pada awal Januari 2017 lalu.

Pernyataan tersebut kemudian diralat oleh Wiranto. Saat ini Wiranto telah menyiapkan 11 nama dari kalangan tokoh masyarakat dan agama untuk menjadi anggota DKN. 

Ke-11 nama tersebut akan diajukan ke Presiden Joko Widodo untuk disetujui melalui penerbitan Keputusan Presiden (Keppres) dan pembentukan DKN melalui Peraturan Presiden (Perpres).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Nasional
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com