Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fahri Hamzah Sebut Inti Permasalahan TKI adalah Pendataan Penduduk

Kompas.com - 08/02/2017, 16:01 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Tim Pengawas (Timwas) Tenaga Kerja Indonesia (TKI), Fahri Hamzah, menilai, akar permasalahan pengiriman TKI ke luar negeri adalah parahnya pendataan identitas penduduk oleh pemerintah.

"Intinya ketenagakerjaan kita ini bocor. Sebab, sistem pendataan dan database penduduk tidak jelas," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (8/2/2017).

"Inilah yang saya imbau ke pemerintah, tolong. Meskipun KPK menangkap orang dalam kasus e-KTP dan sebagainya, kejar proses e-KTP. Selesaikan proses e-KTP. Kalau data rakyat tidak jelas, rakyat ini bisa dijual sebagai benda mati," lanjut Fahri.

Dengan demikian, TKI yang dikirim ke luar negeri punya data yang jelas. Oleh karena itu, juga tak ada lagi pengiriman TKI secara ilegal, dan tak ada lagi pengiriman TKI yang masih di bawah umur.

Selain itu, pendataan penduduk yang baik juga memudahkan pemerintah untuk membantu TKI yang sedang tersangkut masalah hukum di negara tempat dia bekerja.

Pemerintah dengan mudah bisa mencari dan menghubunginya untuk menyediakan bantuan hukum. Bahkan, di beberapa negara seperti Hongkong dan Taiwan, tenaga kerja asing sudah didata secara digital.

Bila nantinya pendataan penduduk di Indonesia sudah benar, maka hal itu bisa disinkronkan pula dengan sistem pendataan digital di negara tempat tujuan TKI.

"Jadi nanti kalau sudah sinkron dengan sistem digital, kita bisa tahu lama kontraknya, kalau kontrak habis mau ke mana. Jangan pakai sistem manual yang memunculkan pungli. Jadi, sekali lagi ini soal identitas. Ini harus segera diselesaikan," tutur Fahri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com